Bantengan vs Keboan Aliyan: Dua Wajah Magis Jawa Timur yang Tak Lekang Zaman

- Rabu, 17 Desember 2025 | 16:00 WIB
Bantengan vs Keboan Aliyan: Dua Wajah Magis Jawa Timur yang Tak Lekang Zaman

Momen trans dalam kedua tradisi ini bukan sekadar pertunjukan mistis. Ini adalah mekanisme spiritual yang unik, sebuah katarsis. Cara masyarakat melepas penat, memperkuat ikatan komunal, dan mengekspresikan hal-hal yang mungkin terpendam. Magis di sini punya fungsi sosial yang menyehatkan.

Beradaptasi Demi Tetap Relevan

Di tengah gempuran modernitas, tantangan terbesarnya adalah tetap relevan. Tapi lihatlah Bantengan sekarang. Berkat kreativitas, atraksinya dipadukan dengan musik remix energik dan diunggah ke media sosial. Hasilnya? Viral. Jutaan views. Ini bukti bahwa tradisi bisa beradaptasi tanpa kehilangan jati diri, sekaligus jadi pintu masuk bagi generasi muda untuk mengenal filosofi di baliknya.

Peran komunitas dan pemerintah daerah juga krusial. Di Banyuwangi, Keboan Aliyan dikemas dalam festival budaya bertaraf internasional. Narasi "Mystic, Magic, and Unique"-nya berhasil menarik wisatawan.

Tokoh seni seperti Didi Nini Thowok pernah memberi masukan berharga untuk Bantengan di Mojokerto.

Ia menyarankan agar aspek koreografi dan keindahan gerak lebih ditonjolkan. Dengan begitu, Bantengan tidak hanya dikenal karena unsur kesurupannya, tapi juga sebagai karya seni tari yang indah dan layak diapresiasi di panggung global.

Masa Depan Ada di Tangan Generasi Muda

Pelestarian nggak bisa cuma mengandalkan festival setahun sekali. Diperlukan strategi yang lebih komprehensif, dan di sinilah peran generasi muda vital. Mereka yang melek teknologi bisa mendokumentasikan dengan estetika baru, bikin film dokumenter, atau bahkan memanfaatkan teknologi Virtual Reality (VR) untuk edukasi. Kabar baiknya, beberapa sekolah dasar di Mojokerto sudah memasukkan Bantengan ke dalam muatan lokal. Langkah seperti ini perlu ditiru.

Kolaborasi lintas sektor adalah kunci. Bayangkan jika seniman tradisi, akademisi, pelaku pariwisata, dan content creator bersinergi. Narasi tentang Keboan Aliyan bisa diterjemahkan ke berbagai bahasa, menjadikan Desa Aliyan destinasi riset budaya yang didatangi banyak orang. Begitu pula Bantengan, berpotensi menjadi ikon seni pertunjukan jalanan kelas dunia. Ekonomi kreatif warga pun ikut terdongkrak.

Pelajaran yang Tak Lekang Waktu

Pada akhirnya, Bantengan dan Keboan Aliyan mengajarkan satu hal: kemajuan zaman tidak harus membunuh tradisi. Justru, modernitas bisa jadi panggung baru agar kearifan lokal bersinar lebih terang. Bantengan mengajarkan keberanian dan sportivitas. Keboan Aliyan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur pada bumi. Nilai-nilai ini tetap relevan, bahkan di era yang serba materialistis seperti sekarang.

Mencintai budaya sendiri adalah langkah awal membangun jati diri. Nggak perlu jadi penari atau petani untuk berkontribusi. Sekadar membagikan cerita dan kekagumanmu pada Bantengan atau Keboan Aliyan di media sosial, itu sudah bentuk dukungan yang nyata. Mari jadikan warisan magis Jawa Timur ini sebagai kebanggaan yang tak lekang waktu.


Halaman:

Komentar