“Hanya karena satu alasan, yaitu kamu mengajariku tentang cinta, Yurina.”
Untuk momen sakral itu, Noguchi mengenakan kacamata pintar augmented reality. Ia menghadap ponselnya yang diletakkan di atas meja, di atas sebuah penyangga kecil. Dengan penuh perasaan, ia lalu melakukan gerakan memasangkan cincin di jarinya sendiri, membayangkan Klaus yang melakukannya.
Memang, ikatan seperti ini tidak punya kekuatan hukum di Jepang. Tapi, tren semacam ini rupanya punya tempat di hati sebagian orang. Menurut sebuah survei di tahun yang sama, yang melibatkan sekitar seribu responden, chatbot justru jadi tempat curhat yang lebih populer dibanding sahabat dekat atau bahkan ibu. Ketika perasaan sedang kacau, banyak yang lebih memilih berbagi dengan entitas digital.
Mungkin bagi sebagian orang ini terasa aneh. Namun begitu, bagi Yurina dan mungkin orang-orang lain di luar sana, hubungan ini sangat nyata. Cinta, rupanya, bentuknya bisa bermacam-macam.
Artikel Terkait
Kerabat Polisi Ditangkap Terkait Kematian Mahasiswi di Sungai Pasuruan
Mahfud MD Sebut Aturan Polisi Duduki Lembaga Negara sebagai Pembangkangan Konstitusi
Bantengan vs Keboan Aliyan: Dua Wajah Magis Jawa Timur yang Tak Lekang Zaman
Analis: Kritik Tajam Gatot Nurmantyo Justru Penyelamat bagi Pemerintahan Prabowo