Standar Ganda Dunia: Dari Bondi hingga Gaza, Luka yang Tak Sama Diperlakukan

- Selasa, 16 Desember 2025 | 06:40 WIB
Standar Ganda Dunia: Dari Bondi hingga Gaza, Luka yang Tak Sama Diperlakukan

Coba kita ingat tahun 2019. Brenton Tarrant, warga Australia, menembaki jamaah di Masjid Al Noor, Selandia Baru. Lebih dari 50 orang tewas! Aksi biadab itu bahkan dia siarkan langsung.

Tapi dunia tidak pernah mengaitkan aksi terornya dengan agama atau latar belakang Kristennya. Tidak ada stigma kolektif.

Sekarang, korban teror adalah Yahudi. Reaksinya langsung berbeda. Di Indonesia, misalnya, segelintir oknum langsung sibuk menjelek-jelekkan Islam. Padahal, tetangga mereka mungkin Muslim. Presiden negeri ini Muslim. Mayoritas TNI dan Polri juga Muslim.

Kalau Islam sehoror yang mereka bayangkan, apakah Indonesia yang 88% penduduknya Muslim ini bisa tetap damai? Justru libur keagamaan semua umat di sini dihormati, bahkan yang populasinya cuma 0,05% sekalipun. Muslim mayoritas menikmatinya bersama.

Di Australia, apakah Muslim dapat libur nasional? Saya tidak tahu. Tapi di sini, stigma negatif terus ditempelkan. Dituduh sebagai ajaran teroris.

Padahal, ketika aksi teror terjadi di Indonesia, yang menangkap pelakunya polisi Muslim. Yang mengadili dan menjatuhkan hukuman, hakim Muslim. Ironis, bukan?

Mari kita berhenti mengaitkan kekejian individu dengan agamanya. Dalam agama apa pun ada orang yang tersesat. Dalam Budha yang penuh welas asih, ada Ashin Wirathu yang dijuluki “wajah teror” oleh Majalah Time.

Semoga ke depannya, tidak ada lagi “nguikan-nguikan” yang tidak perlu. Kita sudah punya cukup banyak masalah nyata untuk diselesaikan.

(")


Halaman:

Komentar