Di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Suharti tak menampik ada kemajuan. Tapi Sekjen Kemendikdasmen itu bicara blak-blan: kualitas Dapodik masih punya banyak PR. "Secara agregat, 71,9 persen indikator sudah kategori baik dan baik sekali," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Data dan Teknologi Informasi Pendidikan, Senin lalu.
Angka itu terdengar mentereng. Namun begitu, Suharti langsung menyodorkan realita lain. "Artinya, masih ada sekitar 30 persen yang belum baik. Pekerhan rumahnya masih banyak," tegasnya.
Bagi Suharti, ini bukan sekadar persoalan statistik. Akurasi data pendidikan itu hal krusial. Bayangkan, data yang melenceng bisa melahirkan kebijakan yang salah arah. Dampaknya? Bisa panjang.
"Kalau datanya keliru, ya kebijakannya bisa jadi tidak tepat. Kita tidak menginginkan hal itu terjadi pada pendidikan," jelasnya.
Lantas, di mana tantangan terbesarnya? Menurut Suharti, seringkali ada jurang lebar antara laporan di sistem dan kondisi riil di lapangan. Ambil contoh data ruang kelas.
Dari 2,5 juta ruang kelas, katanya, 1,2 juta dilaporkan dalam kondisi baik. Tapi jangan buru-buru percaya.
"Sering kali ternyata di lapangan ada dua kondisi ekstrem," tutur Suharti.
Artikel Terkait
PM Albanese Temui Pahlawan Bondi yang Berani Hadang Penembak
Pramuka DIY Bekali Generasi Z dan Alpha Hadapi Bencana
Dedi Mulyadi Bongkar Akar Masalah Kerusakan Lahan di Pangalengan
Dua Tahun Tanpa Gaji, Nasib 580 Pekerja Perkebunan di Sumsel Terkatung