ungkapnya.
Ditambah cuaca ekstrem di bulan Desember yang dikenal sebagai musim berat, beban itu makin terasa. Situasi jadi makin memprihatinkan ketika dalam sebuah pertemuan dengan pimpinan tertinggi negara, persoalan ini disebut sekadar urusan daerah. “Jadi seperti orang yang dibiarkan sendiri,” keluhnya.
Padahal, sejarah punya pelajaran berharga. Saat tsunami 2004, dua pimpinan tertinggi negara datang langsung ke Aceh. Mereka bukan cuma seremonial. Mereka memimpin operasi, bermalam berhari-hari di lokasi, dan memerintahkan menteri terkait untuk tidak balik ke Jakarta.
“Waktu itu Pak Alwi Shihab sebagai Menko Kesra diminta berkantor di Aceh untuk memimpin tanggap darurat, dan berbulan-bulan tidak pulang-pulang,”
kenang Sudirman.
Nah, semangat kepemimpinan dan kehadiran negara seperti itulah yang ia harapkan kembali hadir sekarang. Agar Aceh, dan Mualem di dalamnya, tidak merasa sendiri melawan bencana.
Artikel Terkait
Di Balik Gerobak Bakso Pangandaran: Kisah Nelayan yang Bertahan di Tepian
Bupati Lampung Tengah Tersandung Suap Rp5,7 Miliar untuk Bayar Utang Kampanye
Suharti Buka Suara: Data Pendidikan Masih Banyak PR Meski 71,9% Dinilai Baik
Di Balik Duka Sumatera, Solidaritas Ternyata Menyembuhkan Jiwa Penolong