"Ini harus disadari oleh seluruh rakyat Indonesia," tegasnya.
Ia mengamati sebuah fenomena yang aneh. Saat ini, yang turun ke jalan justru para tokoh nasional, purnawirawan, aktivis senior, sampai 'emak-emak'. Semuanya bergerak. Sementara mahasiswa, yang seharusnya jadi garda terdepan dan calon pemimpin bangsa, justru tak terlihat di lapangan. Itu yang ia pertanyakan.
Di sisi lain, Ismet juga menyoroti rentetan bencana besar yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Baginya, itu bukan sekadar musibah biasa. Itu adalah bentuk pembongkaran pengkhianatan negara oleh Allah SWT.
Ia pun menyindir keras Presiden Prabowo. Menurut Ismet, semua omongan tentang pemberantasan korupsi hanya jadi retorika belaka. Tak ada tindakan nyata yang berarti.
"Kita nggak mau ini cuma jadi alat pencitraan bagi para pejabat pengkhianat. Mereka cuma mau meninabobokan rakyat dengan bantuan-bantuan yang sebenarnya sudah jadi kewajiban mereka," ujarnya lantang.
Pidatonya ditutup dengan tuntutan yang keras dan tanpa kompromi. Ismet menuntut mantan Presiden Jokowi untuk dihukum. Hukumannya harus yang setimpal, bahkan hingga hukuman mati.
"Kita harus terus menuntut. Dia harus dihukum seadil-adilnya. Bahkan hukuman mati, untuk seorang mantan presiden yang telah mewariskan kerusakan sangat-sangat besar kepada negara ini, kepada negeri, dan kepada anak bangsa," pungkas Ismet.
Artikel Terkait
Bencana Bukan Cuma Alam, Tapi Cermin Gagalnya Kepemimpinan
Surabaya Ramai-Ramai Donor Darah, 297 Kantong Terkumpul di Mal
Presiden Diminta Introspeksi: Banjir Sumatra dan Bisnis Keluarga di Tengah Sorotan Publik
Najis Menempel, Wudhu Tetap Sah? Ini Penjelasan Ulama