"Terima kasih, Bos," ucap Fitrah, menahan haru. "Terima kasih banyak."
Job desk baru itu mengubah hidupnya. Ruangannya sekarang lebih sering berbau kopi kantor dan tumpukan laporan, bukan aroma antiseptik UGD atau udara malam yang penuh godaan. Setiap sore, tepat pukul lima, Fitrah sudah berjalan keluar. Menjemput Arjuna dan Kinara, lalu pulang ke rumah tempat Arine menunggu.
Awalnya, Arine masih dingin. Dinginnya kayak AC 24 PK di ruangan Jaksa Bahar dulu. Obrolan mereka cuma seputar anak dan urusan rumah. Tapi Fitrah nggak menyerah. Dia pakai waktu luangnya untuk masak, bantu pekerjaan rumah, dan yang paling krusial: jadi pendengar yang baik buat Arine. Dia berusaha jadi suami siaga.
Malam-malam, setelah anak-anak tidur, Fitrah duduk di samping Arine. Dia minta istrinya cerita tentang hari-harinya di rumah sakit. Perlahan, es yang membeku mulai mencair. Mereka mulai ngobrol lagi. Bukan tentang perselingkuhan yang menyakitkan itu, tapi tentang masa depan, anak-anak, dan pondasi keluarga mereka.
Fitrah belajar satu hal penting: integritas itu nggak cuma soal validasi fakta berita. Tapi juga soal kejujuran pada janji pernikahan dan komitmen keluarga. Jadi Asred di balik meja mungkin membosankan, kurang adrenalin. Tapi ketenangan yang didapat? Jauh lebih berharga ketimbang sensasi liputan investigasi atau fee politik.
Beberapa bulan berlalu, tawa Arine pelan-pelan kembali terdengar di rumah. Arjuna dan Kinara pun ceria lagi. Fitrah Nusantara, sang wartawan yang sempat tersesat, akhirnya menemukan titik keseimbangan.
Dia kembali ke jalan yang benar. Kali ini, dengan jabatan baru, hati yang lebih bijak, dan tekad bulat untuk menjaga keutuhan keluarganya cinta sejati yang justru dia temukan di UGD dulu. Aroma tinta di kantor tetap sama, tapi sekarang, aroma kebahagiaan di rumah terasa jauh lebih manis. Sekuat asas bahwa keluarga bahagia itu memang sebuah kewajiban.
Bersambung – Redaktur Berhati Baja dan Keseimbangan Hidup
Artikel Terkait
Bencana Alam atau Ulah Manusia? Banjir dan Longsor yang Bikin Malu di Mata Dunia
Cinta Bangsa yang Cerdas: Ketulusan sebagai Etika, Bukan Sekadar Slogan
Ijazah Jokowi Akhirnya Terbuka di Polda, Klaim Hanya di Pengadilan Ternyata Tak Berlaku
Jurnalis Siap Tempur: Pelatihan Khusus untuk Liputan di Daerah Rawan