Artefak-artefak bersejarah ini memang punya cerita panjang. Ditemukan oleh paleoantropolog Belanda, Eugene Dubois, antara tahun 1891 hingga 1892 di Trinil, Ngawi. Selama lebih dari satu abad, benda-benda itu tersimpan rapi di Universitas Leiden. Kini, perjalanan pulangnya hampir tiba.
Fadli berharap kedatangan mereka bukan sekadar pemindahan benda mati. Lebih dari itu, ia melihatnya sebagai pemulihan memori kolektif bangsa. "Jadi ini melengkapi kedaulatan budaya dan kedaulatan peradaban kita," ungkapnya. Ia yakin, kehadiran kembali fosil-fosil ini akan memperkaya khazanah pengetahuan sejarah Indonesia.
Ini bukan kali pertama Belanda melakukan repatriasi. Tercatat, ini sudah upaya keenam yang mereka lakukan, mengikuti rekomendasi dari Komite Koleksi Kolonial Belanda. Sebuah langkah yang patut diapresiasi.
Koleksi yang dibawa Dubois dulu cukup lengkap. Tidak hanya atap tengkorak, tapi juga geraham dan tulang paha. Temuan di Ngawi itu dulu benar-benar mengguncang dunia. Fosil itu dianggap sebagai bukti pertama Homo erectus, yang pada masanya sedikit menggeser teori evolusi yang selama ini berpusat di Afrika. Sebuah mahakarya zaman purba yang akhirnya kembali ke tanah asalnya.
Artikel Terkait
Di Tengah Medan Terjal, Pesan Warga Aceh untuk Mualem: Kami di Sini, Pak
Netanyahu Ubah Kisah Pahlawan Muslim di Bondi Jadi Pahlawan Yahudi
Di Tengah Hiruk-Pikuk Zaman, Islam Mengajak Kita Menemukan Hikmah dalam Keheningan
Tim KPK Usut Dugaan Korupsi Kuota Haji, Periksa Lokasi di Mina