Budaya ABS: Ketika Laporan Palsu Menjerat Prabowo di Tengah Bencana

- Kamis, 11 Desember 2025 | 06:20 WIB
Budaya ABS: Ketika Laporan Palsu Menjerat Prabowo di Tengah Bencana

Menurut sejumlah saksi, budaya ABS ini bukan hal baru. Beberapa bulan lalu, dalam podcast Bocor Alus Tempo, salah satu jurnalisnya kalau tidak salah Icha pernah menganalisis hal serupa. Dia bilang, ada budaya di kalangan bawahan presiden di mana mereka cuma memberi laporan yang membuat atasan senang. Akibatnya, Prabowo kerap tidak mendapat gambaran riil di lapangan. Bisa dibilang, terjadi isolasi informasi dengan berbagai alasan, yang membuat presiden terlambat tanggap.

Nuansa itu juga terasa di awal bencana Sumatra ini. Lihat saja sikap pejabat yang cenderung mengecilkan keadaan. Ada jenderal kepala BNPB yang bilang bencana ini “besar cuma di medsos”. Atau pernyataan-pernyataan lain yang seolah ingin menutupi realitas dari presiden. Mungkin, ini semua demi melindungi kepentingan tertentu yang belum terendus oleh beliau.

Di tengah kabut informasi itu, satu-satunya sumber yang dianggap cukup jernih oleh Prabowo adalah BAIS, Badan Intelijen Strategis. Laporan merekalah yang sering jadi acuan awal bagi presiden untuk menimbang suatu masalah, sebelum dia bandingkan dengan sumber-sumber lain.

Jadi, bercermin dari kasus-kasus seperti ini, jelas sudah. Para “pabu sacilat” inilah yang kerap menyelewengkan dan membelokkan informasi valid yang seharusnya sampai ke presiden. Motifnya bisa macam-macam. Ekonomi, politik, atau campuran keduanya. Yang pasti, mereka adalah benalu bagi seorang presiden. Virus bagi negara.

Dan jangan-jangan, ketika Presiden Prabowo memutuskan ke Pakistan dan Rusia di tengah musibah, beliau merasa tenang karena dikiranya situasi di lapangan sudah tertangani dengan baik.

Padahal, kenyataannya sama sekali tidak seperti itu.

(")


Halaman:

Komentar