Di tengah upaya penanganan banjir di Aceh, pemulihan jaringan telekomunikasi menjadi salah satu fokus utama. Nezar Patria, sang Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, mengakui prosesnya tak berjalan mulus. Targetnya jelas: mencapai setidaknya 75 persen cakupan jaringan pada masa tanggap darurat ini. Tapi realita di lapangan ternyata fluktuatif, naik-turun tak menentu.
“Angkanya itu up and down karena suplai listrik,” ujar Nezar saat ditemui dalam acara Deklarasi Indonesia Arah Digital di Jakarta Selatan, Rabu lalu.
“Kita pernah di angka 54 persen, lalu 62 persen. Target kita sebenarnya 75 persen untuk bisa segera tercapai di masa tanggap darurat ini.”
Menurutnya, jaringan yang pulih sangat krusial untuk memperlancar arus bantuan. Logistik dan koordinasi darurat sangat bergantung pada koneksi yang stabil.
“Kita target 75 persen dulu. Paling tidak, daerah-daerah yang masih kritikal dan sangat butuh bantuan telekomunikasi bisa ter-cover. Ini demi kelancaran jalur bantuan logistik ke lokasi bencana,” sambung Nezar, yang tak lupa menyebut dirinya sebagai putra Aceh.
Di sisi lain, akar masalahnya memang terletak pada listrik. Tanpa pasokan yang stabil dari PLN, segala upaya pemulihan BTS seperti berjalan di tempat. Bahkan genset pun tak bisa maksimal karena sempat terkendala suplai BBM. Untungnya, koordinasi dengan Pertamina membawa angin segar.
“Soal listrik, kita terus berkoordinasi dengan PLN. Genset butuh BBM, dan alhamdulillah suplainya sudah membaik setelah kita berkoordinasi. Itu bisa diatasi,” jelas mantan jurnalis tersebut.
Artikel Terkait
Dari Pesantren ke Kampus: Sebuah Perjalanan Mencari Arah di Tengah Godaan Dunia
Wakil Wali Kota dan Ketua Fraksi DPRD Bandung Tersandung Kasus Proyek Fiktif
Kepala BNPB Turun Langsung, Janjikan Bantuan Besar untuk Korban Banjir Aceh Tamiang
Gus Yahya Bantah Sahnya Rapat Pleno yang Tunjuk Pj Ketum PBNU