KH. Zulfa Mustofa dan Misi Pemulihan NU ke Khittah Asal

- Rabu, 10 Desember 2025 | 07:20 WIB
KH. Zulfa Mustofa dan Misi Pemulihan NU ke Khittah Asal

Di sinilah kepemimpinan KH. Zulfa diharapkan jadi jembatan transisi. Sosoknya tak terasosiasi kuat dengan faksi mana pun. Posisinya netral dan strategis. Bukan “pemain lama” dalam konflik elite, melainkan lebih seperti “penjaga adab” yang lahir dari tradisi pesantren. Modal itu penting untuk meredakan panasnya situasi dan membangun kembali kepercayaan yang sempat retak.

Upaya normalisasi ini penting, dan bukan cuma untuk kalangan atas PBNU. Jutaan warga NU di akar rumput juga merasakan dampaknya. Bayangkan, ketika elit sibuk berseteru, jam’iyah bisa kehilangan arah. Pelayanan keumatan dan penguatan dakwah pun jadi terbengkalai. Maka, stabilitas struktural harus segera dipulihkan. Agar NU kembali hadir sebagai pelayan umat, bukan sekadar arena perdebatan.

Pada dasarnya, NU tidak lahir untuk jadi kendaraan kekuasaan. Ia adalah jam’iyah diniyah ijtima’iyah. Tugas utamanya membimbing umat. Karena itu, pekerjaan besar menanti KH. Zulfa: memulihkan NU ke jalur khidmah, menjauhkannya dari tarik-menarik kepentingan pragmatis, dan menghidupkan lagi semangat pengabdian yang jadi ruhnya.

Latar belakang pesantren dan konsistensi jalur dakwahnya menempatkannya pada posisi unik. Ia punya peluang untuk mengembalikan marwah organisasi. Semangat para pendiri NU yang menyatukan keilmuan, keteladanan, dan keikhlasan sepertinya diwarisinya. Kepemimpinannya mencerminkan nilai-nilai tradisional, tapi dengan pendekatan yang moderat dan inklusif.

Masa transisi ini bisa jadi momen pemulihan besar. Tapi syaratnya, amanah ini dijalankan secara istiqamah dan inklusif. Sebaliknya, jika terseret dalam konflik lama, peluang emas itu bisa lenyap begitu saja. Konsistensi dan keterbukaan adalah kuncinya.

Kini, semua mata tertuju ke PBNU. Tapi sejujurnya, masa depan NU tak cuma ditentukan oleh mereka yang di atas. Kehendak seluruh warganya jauh lebih penting: apakah ingin kembali ke jalan khidmah, atau malah terjebak lagi dalam siklus perebutan posisi. KH. Zulfa sudah memulai langkah pertama. Sekarang, waktunya jam’iyah NU bersatu kembali dalam semangat pengabdian dan persaudaraan.

Dengan segala tantangan dan harapan yang menyertainya, normalisasi jam’iyah NU ini bukan cuma agenda struktural belaka. Ini adalah panggilan moral. Di tangan KH. Zulfa Mustofa, NU diharapkan kembali menjadi mercusuar keislaman yang teduh, membumi, dan berpihak pada umat. Sebuah perjalanan baru saja dimulai, menuju Muktamar mendatang. (")


Halaman:

Komentar