Normalisasi Jam’iyah NU di Era KH. Zulfa Mustofa
Oleh: Ayik Heriansyah (Aktivis NU)
Dinamika internal yang cukup tajam akhirnya menemukan titik terang. Pada 9 Desember 2025, dalam rapat pleno, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menetapkan KH. Zulfa Mustofa sebagai Penjabat Ketua Umum. Penunjukan ini, bagi banyak kalangan, adalah titik balik penting. Ia diharapkan bisa menormalkan kehidupan jam’iyah NU yang sempat terguncang oleh berbagai ketegangan.
Nama KH. Zulfa Mustofa sebenarnya bukan hal baru. Ia berasal dari keluarga ulama Betawi, keponakan KH. Ma’ruf Amin, dengan garis keturunan yang bersambung hingga Syekh Nawawi al-Bantani. Latar belakangnya kuat di dunia pesantren, khususnya di Kajen Pati di bawah asuhan K.H. Sahal Mahfudz. Tak cuma itu, pengabdiannya di majelis taklim membuatnya dikenal sebagai sosok ulama akar rumput yang otentik. Ia paham betul denyut nadi kehidupan umat.
Dalam pidato pertamanya, tekadnya jelas.
“Saya tidak ingin menjadi bagian dari konflik masa lalu. Saya ingin menjadi solusi bagi jam’iyah ini demi masa depan,” ujarnya.
Dua tugas utama ditegaskannya: menormalkan roda organisasi dan mengantar Muktamar ke-35 berjalan damai dan tertib. Intinya, tidak memperpanjang ketegangan yang ada.
Pernyataan itu tentu membawa angin segar. Beberapa tahun belakangan, PBNU dihadapkan pada polarisasi yang tajam. Mulai dari friksi internal kepengurusan, isu rangkap jabatan, hingga polemik eksternal yang melibatkan nama-nama besar. Situasi ini bikin khawatir. Khawatir khittah NU sebagai jam’iyah diniyah bakal tergerus.
Artikel Terkait
Kerusuhan Kalibata: Kerugian Material Tembus Rp 1,2 Miliar
Gelombang Generasi Z Gulingkan Perdana Menteri Bulgaria
Mahfud MD Soroti Perpol 10/2025: Tabrakan dengan Putusan MK
Prasetyo: RS di Sumatera Sudah Beroperasi, Meski Belum Optimal