Racun Informasi Sesat: Perlahan Menggerogoti Fondasi Karakter Bangsa

- Rabu, 10 Desember 2025 | 05:50 WIB
Racun Informasi Sesat: Perlahan Menggerogoti Fondasi Karakter Bangsa

Rasa kebersamaan pun ikut melemah. Bagaimana bisa merasa satu komunitas jika yang beredar adalah informasi yang ditutup-tutupi atau diputarbalikkan? Orang jadi berjalan sendiri-sendiri, bukan lagi bersama-sama.

Masa Depan yang Suram

Generasi muda kita memperhatikan semua ini. Mereka peka terhadap ketidakjujuran. Menurut sejumlah pengamat, ketika mereka terus-menerus menyaksikan budaya informasi yang busuk, mereka bisa kehilangan panutan. Harapan itu memudar. Bahkan semangat untuk berkontribusi pada bangsa ini bisa padam. Padahal, nilai luhur itu harusnya diwariskan, bukan dihapus oleh kondisi sosial yang tidak sehat.

Kemajuan dan inovasi pun akhirnya terhambat. Mustahil membangun bangsa yang maju di atas tumpukan informasi palsu. Kemajuan hanya bisa lahir dari data yang benar, gagasan yang jernih, dan kebijakan yang transparan. Kalau ruang publik sudah kacau oleh informasi menyesatkan, arah pembangunan jadi tak karuan. Masyarakat berjalan dalam kegelapan, tanpa kepastian.

Lalu, mengapa kita harus benar-benar menjauhi informasi sesat ini? Jawabannya sederhana: karena memelihara kejernihan informasi sama dengan memelihara kejernihan hati nurani. Menjauhi yang busuk adalah bentuk perlindungan terbaik untuk warisan luhur kita. Keterbukaan, kejujuran, dan tanggung jawab itulah benteng moral yang menjaga kita tetap tegak, tidak mudah diombang-ambingkan isu dan prasangka.

Bangsa yang besar tak hanya diukur dari kekuatan ekonominya. Kekuatan moral adalah penopang utamanya. Informasi sesat, dalam bentuk apa pun, adalah ancaman nyata bagi persatuan, kebijaksanaan, dan karakter kita. Dengan memilih untuk berkomunikasi secara sehat, jujur, dan terbuka, kita sebenarnya sedang menjaga warisan berharga dari generasi pendahulu.

Maka, mari kita jauhi informasi yang busuk. Jaga kejernihan pikiran. Dan yang terpenting, jaga nilai luhur bangsa ini agar tetap hidup. Tabik.

(jaksat-ed.bng)


Halaman:

Komentar