Menggali Lubang Biopori sebagai Jawaban atas Peringatan Al-Mulk

- Selasa, 09 Desember 2025 | 10:50 WIB
Menggali Lubang Biopori sebagai Jawaban atas Peringatan Al-Mulk

Seni Merasa "Tidak Aman": Belajar dari Al-Mulk

Oleh Agus Abubakar Arsal

Kita berjalan di atas tanah hampir setiap hari. Tapi pernahkah terpikir, bagaimana kalau tanah itu tiba-tiba saja ambles? Rasanya jarang. Hidup kita, nyatanya, sering terjebak dalam sebuah gelembung bernama "zona nyaman". Bangun pagi, berangkat kerja, memijak aspal semua dilakukan dengan keyakinan buta bahwa bumi di bawah kaki ini diam. Statis. Dan aman.

Namun begitu, Tuhan seolah ingin membangunkan kita dari kenyamanan itu. Lewat surat Al-Mulk ayat 16, Dia melontarkan pertanyaan yang menohok: "A amintum man fissamaa'i...?" Apakah kalian merasa aman terhadap Yang di langit, bahwa Dia akan membenamkan kalian ke dalam bumi, lalu tiba-tiba bumi itu bergoncang?

Ayat ini ibarat cubitan sayang. Kata "Tamuur" di ujungnya menggambarkan sesuatu yang bergejolak, berputar, tak pernah benar-benar diam. Tuhan mengingatkan kita: tempat yang kamu pijak ini dinamis, lho. Jangan sampai terlena.

Peringatan, Bukan untuk Membuat Kita Takut

Lalu, apakah maksudnya kita harus hidup dalam ketakutan paranoid setiap saat? Tentu tidak. Islam itu rasional. Peringatan semacam ini lebih mirip sinyal agar kita menyalakan "radar" kesadaran yang mungkin sudah lama mati.

Di sinilah pertemuan antara wahyu dan sains terasa begitu indah.

Kalau wahyu memberi kita peringatan, maka ilmu pengetahuan menyediakan alat untuk menjawabnya. Tuhan menyuruh kita waspada, dan akal manusia menerjemahkannya menjadi berbagai teknologi mitigasi. Itu bentuk ikhtiar.

Contoh Nyata Ikhtiar Itu


Halaman:

Komentar