Kedua, konsep tentang Manusia dan Amanah. Manusia diposisikan bukan sebagai penguasa mutlak, tapi sebagai penerima titipan. Konsep ini mendorong sebuah tanggung jawab ekologis: memanfaatkan dengan bijak, menjaga keseimbangan, dan memaksimalkan nilai tanpa merusak. Industrialisasi yang bertanggung jawab adalah bentuk dari 'adab' terhadap ekosistem.
Pemikir seperti Ibnu Sina bahkan melihat alam sebagai sebuah organisme hidup yang saling terhubung. Merusak satu bagian, katanya, bisa mengguncang keseluruhan sistem. Jadi, menebang hutan untuk tambang atau mencemari air untuk ekstraksi mineral bukanlah kesalahan teknis semata, tapi sebuah kerusakan kosmik.
Lantas, apakah teknologi dan industri ditolak? Sama sekali tidak. Islam, dalam interpretasi Iran, tidak menolak kemajuan. Yang ditolak adalah teknologi tanpa nilai, industri yang menghancurkan. Bagi mereka, membangun pabrik bisa menjadi ibadah sosial jika dilakukan dengan prinsip keadilan dan kelestarian. Sebaliknya, ia menjadi dosa jika hanya menyisakan kerusakan.
Bukti Nyata: Pilot Plant dan Jalan Tengah
Kesabaran dan prinsip itu akhirnya membuahkan hasil konkret. Pada 2025, Iran mengumumkan keberhasilan membangun pilot plant atau pabrik percontohan pengolahan REE berkualitas tinggi. Ini adalah simbol penting. Ia merupakan puncak dari riset domestik bertahun-tahun dan bukti nyata kemandirian teknologi.
Pilot plant itu sekaligus menjadi manifestasi dari "jalan tengah" Iran. Mereka tidak melakukan ekstraksi besar-besaran yang rakus. Mereka juga tidak menjual bahan mentah yang nilainya rendah. Strategi intinya adalah industrialisasi tanpa ekstraksi berlebihan. Sumber daya alam tidak dieksploitasi, melainkan "diberi adab" melalui penguasaan teknologi dan proses nilai tambah.
Pada akhirnya, cerita pengelolaan Unsur Tanah Jarang oleh Iran ini lebih dari sekadar laporan kebijakan. Ini adalah sebuah narasi tentang pilihan. Sebuah pilihan untuk melihat bumi bukan sebagai warisan yang bisa dihabisi, melainkan sebagai amanah suci yang harus diteruskan ke generasi mendatang. Dalam pandangan mereka, siapa yang menjaga bumi, pada hakikatnya sedang menjaga dirinya sendiri. Dan siapa yang merusaknya, ia telah mengkhianati titipan Tuhan.
(Erizeli Jely Bandaro)
Artikel Terkait
Prank Listrik Aceh Picu Desakan Pecat Bahlil dan Dirut PLN
Jakarta Jadi Tuan Rumah Lomba Hafalan Al-Quran Internasional untuk Tunanetra
Setelah Empat Kali Demo, Bupati Mempawah Akhirnya Teken Tuntutan Massa
Kepala BNPB Santai di Mal, Saat Ribuan Warga Berjuang Hadapi Banjir