Jalan menuju Desa Tanjung Karang nyaris tak bisa dikenali. Pemandangan yang ada justru mirip hutan kayu tumbang, bukan permukiman warga. Tumpukan batang-batang pohon, besar dan kecil, memenuhi area Pondok Pesantren Darul Mukhlishin di Kabupaten Aceh Tamiang. Ini adalah sisa-sia amukan banjir bandang yang melanda wilayah itu pada Jumat pekan lalu.
Sudah lewat sepekan, tapi kondisi belum juga membaik. Akses jalan utama masih terputus total. Yang ada cuma lumpur tebal sisa luapan Sungai Tamiang, bercampur dengan kayu-kayu yang teronggok seperti tusuk sate raksasa. Akibatnya, bantuan logistik untuk korban terhambat. Sulit sekali masuk.
Warga yang terpaksa keluar masuk desa pun harus ekstra hati-hati. Mereka terpaksa meniti di atas tumpukan kayu itu, berjalan pelan-pelan seperti sedang meniti titian yang tak stabil. Satu langkah salah, bisa-bisa terperosok ke dalam kubangan lumpur di bawahnya.
Suasana di lokasi benar-benar memprihatinkan. Rekahan tanah, bau anyir lumpur, dan wajah lelah warga bercampur jadi satu. Butuh waktu dan upaya ekstra untuk membuka jalur akses yang benar-benar aman. Sementara itu, kehidupan sehari-hari mereka terpaksa beradaptasi dengan kondisi yang serba terbatas ini.
Artikel Terkait
KITAS DPR PDIP Galang Dana Internal untuk Korban Bencana Sumbar
Boy Thohir Pacu Bantuan Logistik 10.000 Paket untuk Korban Bencana Sumatera
Malam Jumat di Atap: Saat Air Hampir Menelan Kampung yang Tak Pernah Banjir
Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Halmahera Barat, BMKG Pastikan Tak Ada Tsunami