Dian mengaku panik. Pertengkaran pun berujung pada kekerasan mematikan yang merenggut nyawa Darma, sang pengusaha kerupuk.
“Korban melawan, saya terpaksa menjerat lehernya dengan sabit,”
katanya datar, hampir tak ada penyesalan di raut wajahnya.
Langkahnya bahkan bertambah sadis. Usai membunuh, dengan tenang ia sempat mencuci tangan dan kakinya yang masih berlumuran darah. Baru setelah itu, ia menemui istri korban yang kemudian juga menjadi sasaran penganiayaannya.
Di sisi lain, meski aksinya begitu kejam, Dian mencoba berdalih. Ia menyebut tekanan ekonomi sebagai pemicu utamanya nekat merampok dan membunuh.
“Ini hidup, saya terpaksa. Saya minta maaf kepada keluarga korban,”
ujarnya singkat, menutup pengakuannya. Permintaan maaf itu terdengar hambar, tercecer di antara kengerian yang telah ia lakukan.
Artikel Terkait
Jenazah WNI Korban Kebakaran Hong Kong Terganjal Regulasi Setempat
DPR Soroti Penanganan Bencana Sumatera: Bantuan Harus Merata, BBM Jangan Langka
Sjafrie Buka Kartu: TKA China di Morowali Bukan Cuma Soal Tenaga Kerja
Korban dan Pelaku: Dua Wajah dari Satu Perang yang Tak Pernah Berakhir