Setelah seminggu buron melintasi provinsi, akhirnya pelarian Dian Satria berhasil dihentikan. Pria 34 tahun ini tersangkut kasus perampokan dan pembunuhan seorang pengusaha kerupuk di Palembang. Polisi menangkapnya, mengakhiri pelarian yang ternyata penuh dengan tipu muslihat. Untuk menghindari kecurigaan, Dian kabur dengan cara yang licik: ia berpindah dari satu masjid ke masjid lain sambil mengaku sebagai seorang mualaf.
Menurut pengakuannya, modal pelariannya cuma Rp2 juta, uang hasil rampokan itu. Uang itu dipakainya untuk bertahan hidup: sewa kos murah, beli makan, dan sesekali menelepon pacar lewat counter HP. Selebihnya, ia mengandalkan masjid sebagai tempat berlindung.
“Saya kabur cuma pakai uang hasil merampok itu. Selebihnya saya numpang tidur di masjid,”
kata Dian saat diperiksa polisi, Kamis lalu. Ia terlihat tenang saat mengungkapkan itu.
Strateginya sederhana tapi cukup efektif untuk sementara. Dengan pura-pura jadi mualaf yang tekun, ia ikut kegiatan ibadah, tidur di serambi, dan berbaur. Semua itu dilakukannya agar tidak mencolok di mata warga sekitar.
“Saya berpindah-pindah masjid saja. Fokus ibadah, berharap polisi tidak menemukan saya,”
tambahnya.
Namun begitu, di balik taktik pelariannya itu, tersimpan kisah kejahatan yang jauh lebih mencekam. Polisi mengungkap kembali detail peristiwa di rumah korban. Awalnya, Dian cuma berniat meminta uang. Tapi situasi berubah jadi buruk saat permintaannya ditolak.
Artikel Terkait
Jenazah WNI Korban Kebakaran Hong Kong Terganjal Regulasi Setempat
DPR Soroti Penanganan Bencana Sumatera: Bantuan Harus Merata, BBM Jangan Langka
Sjafrie Buka Kartu: TKA China di Morowali Bukan Cuma Soal Tenaga Kerja
Korban dan Pelaku: Dua Wajah dari Satu Perang yang Tak Pernah Berakhir