Di kawasan Kampung Bandan, Ancol, suasana Jumat pagi itu tampak biasa saja. Beberapa warga terlihat mengantre, mengisi ember dan jerigen mereka dari sebuah sumur. Adehan ini mungkin terlihat sepele, tapi sebenarnya ia adalah potret nyata kehidupan sebagian warga Jakarta. Ya, di tengah gemerlap ibu kota, masih ada yang bergantung pada air tanah untuk minum, masak, dan mandi.
Padahal, ketergantungan inilah yang justru menggerogoti kota mereka sendiri. Jakarta tengah menghadapi masalah serius: penurunan tanah. Dan bukan cuma sedikit, lho. Beberapa data menyebutkan, DKI Jakarta termasuk wilayah dengan penurunan tanah paling drastis di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan.
Lalu, seberapa parah ancamannya? Menurut data dari PAM Jaya, prediksinya cukup mengerikan. Kalau tidak ada upaya serius untuk mengatasi ini, hampir 90 persen wilayah Jakarta berpotensi tenggelam pada tahun 2050. Bayangkan saja.
Nah, penyebab utamanya tak lain adalah penyedotan air tanah secara besar-besaran. Aktivitas ini ibaratnya mengosongkan perut bumi, sehingga tanah di atasnya ambles perlahan. Dampaknya berantai: permukaan tanah turun, permukaan air tanah juga makin dalam, dan yang paling berbahaya, air laut asin pun mulai merangsek masuk ke daratan.
Artikel Terkait
Menteri Kehutanan dan Ritual Restu Presiden: Saat Hukum Menunggu Izin Politik
Senyum Kembali di Tenda Pengungsian, Gibran Prioritaskan Ibu Hamil dan Balita
Nasib Dua Aktivis Lingkungan Masih Digantung, Polda Jateng Tunggu Isyarat Mabes
AI UGM Viral Gara-gara Sebut Jokowi Bukan Alumni