tuturnya lagi.
Karena itu, mitigasi bencana tak bisa cuma mengandalkan pembangunan fisik seperti tanggul atau normalisasi sungai. Perlu perubahan cara pandang yang lebih mendasar. Ia menekankan perlunya revolusi mental ekologis mengembalikan etika kepedulian dan menghidupkan kembali nilai-nilai lokal dalam kebijakan tata kota modern.
Di sisi lain, peran negara sebagai regulator dinilai sangat krusial. Negara harus mengarahkan pembangunan yang lebih adaptif terhadap lingkungan. Sayangnya, hingga saat ini belum ada peta jalan yang jelas dan berjangka panjang. Alhasil, kebijakan di berbagai sektor seringkali berjalan sendiri-sendiri, sporadis.
imbuhnya.
Pada akhirnya, Prof Adib menegaskan satu hal: bencana bukanlah takdir yang tak bisa diubah. Ia adalah produk sosial dari cara hidup dan kebijakan kita yang telah melampaui batas. Ajakannya jelas: kita semua harus kembali membangun hubungan yang selaras dengan alam.
pungkasnya.
Artikel Terkait
Dayeuhkolot Lumpuh Lagi, Warga Terpaksa Nekat Terobos Banjir Setinggi Pinggang
Jejak Global Ratu Narkoba Paryatin Terbentang dari Asia hingga Amerika
Malang Tergenang: 39 Titik Banjir, Air Sampai Dada dan Rumah Jebol
Titiek Soeharto Murka: Truk Kayu Ilegal Melintas Usai Banjir Besar Sumatera