Budaya konsumtif, godaan pinjol, dan maraknya judi online. Itulah beberapa tantangan finansial yang kini menghantui generasi muda. Menyikapi hal ini, Prudential Indonesia baru-baru ini menggelar program edukasi bertajuk "PRUteksi Finansial Bahagia Kemudian".
Mereka langsung turun ke kampus, menyapa mahasiswa Universitas Bunda Mulia dan Universitas Pancasila. Caranya? Lewat sesi literasi keuangan yang dikemas ringan, jauh dari kesan kaku dan teoritis, agar lebih nyambung dengan keseharian anak muda.
Intinya sih, program ini ingin mendorong mahasiswa buat mengambil keputusan keuangan yang lebih bijak. Dan yang tak kalah penting, membangun kebiasaan baik itu sedini mungkin.
Suasana The UBM Grand Auditorium pada 2 Oktober 2025 lalu cukup ramai. Dipadati mahasiswa yang rupanya penasaran dan ingin tahu soal pengelolaan uang secara praktis. Prudential menghadirkan pembicara dari beragam latar, mulai dari praktisi media, perencana keuangan, sampai komika. Tujuannya satu: menyampaikan materi yang berat jadi mudah dicerna.
Yang hadir antara lain Heru Margianto (COO Kompasiana), Edward Simamarta dari Prudential, Ayu Sara Herlia Hinch selaku financial planner sekaligus pendiri Mama BerUANG, komika Jui Purwoto, dan Yudi Hamka dari MKAP.
Di sana, Heru Margianto menekankan peran penting mahasiswa sebagai agen perubahan budaya finansial.
Sementara Ayu Sara mengingatkan untuk mulai mengatur uang sejak muda. Menurutnya, kesuksesan finansial butuh konsistensi dan disiplin, bukan sesuatu yang instan.
Edward Simamarta dari Prudential punya penekanan lain. Ia bilang, proteksi sejak muda adalah fondasi yang tak boleh diabaikan.
Acara di UBM itu nggak cuma serius-serius amat. Ada penampilan komedi dari Jui Purwoto dan kompetisi Story Slam yang bikin suasana makin hidup dan antusiasme peserta terjaga.
Artikel Terkait
Jalan dan Jembatan Hancur, Bantuan ke Sumbar Dikirim Lewat Udara
Nyaris Diamuk Massa, Pelaku Penipuan Lowongan Palsu Diamankan di Tebet
Sorak-sorai di Gardu Induk Sibolga: Listrik Kembali Setelah Hari-hari Gelap
Kesalehan Kosmetik: Ketika Ibadah Hanya Jadi Hiasan Tanpa Nurani