kisah Iskandar.
Karena tak bisa melalui lumpur, para pemuda itu terpaksa berjalan memutar lewat hutan. Daerahnya sangat terpencil, butuh tujuh sampai sembilan jam perjalanan dari pusat kota. Syukurlah, informasi terakhir menyebut warga yang dievakuasi masih hidup, bertahan di hutan. Evakuasi dengan speedboat pun akhirnya bisa dilakukan.
Pencarian yang Berakhir di Rumah Sakit
Di Deli Serdang, duka masih terasa. Selama seminggu penuh, Safarudin (62) berkelana mencari anaknya, Ibrahim (33), yang hilang terseret banjir. Ia menyusuri bantaran sungai, lorong-lorong kampung, bahkan mendatangi Polsek Sunggal. Segala cara ditempuh, termasuk mengikuti arahan paranormal.
“Capek kita carinya... Jadi pasrahkan diri lah,”
tutur Safarudin dengan lirih di RS Bhayangkara Medan, tempat ia akhirnya menemukan jasad anaknya.
Ibrahim hilang saat mencoba menyeberangi jembatan bersama rekan-rekannya. Ia tertinggal, lalu tersapu arus yang ganas.
Mendorong Mobil yang Bergelimpangan
Cerita lain datang dari Kapolda Aceh, Irjen Pol Marzuki Ali Basyah. Ia berbagi pengalaman saat berusaha menembus Kabupaten Tamiang, wilayah yang benar-benar terisolasi dan lumpuh pemerintahannya. Aksesnya masih tertutup lumpur dan longsoran, dengan genangan air setinggi satu meter.
“Kami bisa tembus kemarin, dengan dorong beberapa mobil, karena sepanjang jalan mobil bergelimpangan, di pom bensin mobil bergelimpangan,”
ucap Marzuki.
Itulah gambaran sekilas dari lapangan. Sebuah mosaik panjang tentang ketangguhan, keputusasaan, dan upaya tanpa lelah di tengah bencana yang melanda.
Artikel Terkait
Cik Mail, Sang Penjaga Hutan Aceh yang Berjuang Sendirian
Gembong Narkoba 2 Ton dari Ponorogo Diringkus di Hotel Mewah Kamboja
Amukan Massa di Gowa Tewaskan Terduga Pemerkosa Anak Disabilitas
Mobil Patroli Pengawal Jenazah Korban Banjir Bandang Tertabrak Truk di Jalur Sitinjau Lauik