Sebagai perbandingan, Ciek mengaku lulus di tahun yang sama dengan Jokowi, yaitu 1985. Bedanya, dia dari IKIP Jakarta. Dan menurut ingatannya, saat itu tak ada ijazah yang memakai materai hijau. "Saya juga lulusan tahun itu, tapi enggak tuh, warnanya enggak hijau," kenangnya.
Logikanya, kalau semua ijazah tahun itu wajib bermaterai, seharusnya bentuk dan warnanya seragam. "Kalau memang semua ijazah pada tahun itu harus menggunakan materai, tentu sama materainya," papar Ciek.
Di sisi lain, perbincangan di media sosial juga ramai. Sebuah cuitan dari akun @Boediantar4 menampilkan penjelasan Roy Suryo tentang ciri-ciri ijazah asli UGM lulusan 1985. Menurutnya, ada beberapa fitur pengaman yang sulit dipalsukan: emboss atau cetak timbul, watermark tulisan Universitas Gadjah Mada, dan posisi tinta stempel yang harusnya di atas foto, bukan di bawah.
Cuitan lain dari @kafiradikalis terkesan lebih sinis. "Pada akhirnya kita paham kenapa ijazah asli gak pernah ditunjukkan ke publik," tulisnya. "Karena mustahil menduplikasi emboss watermark."
Nada cuitan itu jelas: mustahil UGM menerbitkan ijazah khusus tanpa fitur pengaman itu hanya untuk satu orang. Semua ini, tentu saja, masih menjadi perdebatan. Klaim dari satu pihak dibantah oleh pihak lain, sementara publik mencerna informasi yang simpang siur.
Artikel Terkait
Di Atas Reruntuhan Gaza, 54 Pasangan Menyatakan Janji Abadi
Korban Tewas di Sibolga Capai 56 Jiwa, Delapan Warga Masih Hilang Tertimbun Longsor
Lampung Waspada Penuh, Siaga Hadapi Banjir hingga Longsor
Kapolri Turun Tangan Usut Asal-usul Kayu Gelondongan yang Viral di Sumut