Pelukan Terakhir Ibu dan Anak, Duka yang Menyayat Hati di Tengah Bencana Sumatera

- Rabu, 03 Desember 2025 | 08:24 WIB
Pelukan Terakhir Ibu dan Anak, Duka yang Menyayat Hati di Tengah Bencana Sumatera

Angka korban jiwa terus bertambah. Hingga Rabu (3/12), BNPB mencatat sudah 753 orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh. Di balik statistik yang pilu itu, tersimpan ribuan kisah perjuangan. Bukan hanya dari warga yang bertahan, tapi juga dari para relawan dan tim SAR yang tak kenal lelah.

Di Sibolga, Evakuasi yang Menyayat Hati: Ibu dan Anak dalam Pelukan Terakhir

Operasi pencarian dan evakuasi masih berlangsung di seantero Sumatera. Di Sibolga Ilir, Kota Sibolga, Sumut, tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI/Polri, BPBD, dan relawan terus berjibaku. Mereka menyisir puing dan timbunan tanah. Salah satu momen yang paling mengharukan dan viral di media sosial adalah saat mereka menemukan dua jasad, seorang ibu dan anaknya, masih dalam posisi berpelukan erat.

Momen itu terjadi Sabtu lalu, 29 November, di Jalan Sisingamangaraja.

“Korban ditemukan 2 orang korban dalam keadaan tertimbun tanah longsor,” jelas Putu Arga Sujawardi, Kepala Kantor SAR Nias, Selasa (2/12).

Butuh usaha ekstra untuk menggali dan mengeluarkan mereka dari cengkeraman tanah. Setelah berhasil, dengan penuh khidmat, kedua jasad itu dimasukkan ke dalam kantong jenazah masing-masing. Sebuah pemandangan yang membuat siapa pun yang melihatnya ikut tercekat.

Nasib Puluhan Anak Korban di Sumbar: Sulit Dikenali, Orang Tua pun Ikut Hilang

Di Sumatera Barat, duka terasa semakin dalam. Banyak dari korban tewas adalah anak-anak. Jenazah mereka kini berada di Rumah Sakit Bhayangkara Padang, namun identifikasi berjalan sangat lambat. Kondisi fisik mereka sudah sulit dikenali. Puluhan jenazah masih tercatat sebagai mr x, tanpa nama.

Data dari posko antemortem di rumah sakit itu sejauh ini belum ada yang cocok. Menurut dr. Harry Andromeda, Ps Kepala RS Bhayangkara Padang, identifikasi sidik jari pun nyaris mustahil dilakukan.

“Sebagian besar banyak terdiri anak-anak. Anak-anak ini dari sidik jari tidak bisa dilakukan pemeriksaan. Dan juga mungkin banyak korban anak ini, orang tuanya juga menjadi korban, sehingga tidak ada yang merasa kehilangan,” ujar Harry, Selasa (2/12).

“Secara visual sudah sulit dilihat, menyulitkan tim DVI mengidentifikasi,” sambungnya.


Halaman:

Komentar