Gula dan Dopamin: Hubungan Manis yang Bikin Ketagihan
Stres? Sedih? Atau justru lagi senang? Banyak dari kita langsung teringat makanan manis. Entah itu sekadar camilan cokelat, es krim, atau minuman boba. Rasanya seperti hadiah instan untuk diri sendiri di tengah berbagai permasalahan hidup. Ternyata, kebiasaan ini bukan cuma soal selera lidah. Ada koneksi langsung dengan otak kita, lho.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di dalam kepala saat kita melahap sesuatu yang manis?
Begini penjelasannya. Otak punya sistem bernama "reward pathway" atau jalur penghargaan. Nah, ketika lidah mengecap rasa manis, sebuah area kecil di otak bernama VTA langsung kebanjiran sinyal. VTA ini lalu melepaskan dopamin si pembawa pesan kimiawi perasaan senang ke area lain yang disebut NAc. Intinya, NAc inilah yang memberi cap "wah, ini enak, perlu diulang!".
Di sisi lain, area seperti OFC ikut menilai seberapa "berharga" makanan itu, sementara insula memicu rasa lapar atau keinginan untuk tambah lagi. Semua sinyal ini akhirnya sampai ke PFC, bagian otak yang bertugas mengendalikan diri dan membuat keputusan rasional.
Di sinilah masalah bisa mulai. Kalau aktivitas "reward" ini terus berulang, jalur dopamin jadi semakin kuat dan dominan. PFC yang tugasnya menahan diri jadi kewalahan. Akibatnya, dorongan untuk makan manis lagi jadi lebih sulit ditolak. Parahnya, otak lama-lama bisa jadi kebal. Respons dopamin terhadap porsi yang sama akan menurun, sehingga kita butuh lebih banyak gula untuk merasakan kepuasan yang sama. Inilah awal mula lingkaran keinginan yang sulit dihentikan.
Lantas, kenapa bisa mirip kecanduan?
Mekanismenya nyaris serupa dengan perilaku adiktif lainnya. Otak kita dirancang untuk mengulangi hal yang memberinya kesenangan. Setiap gigitan manis memicu gelombang dopamin yang bikin feel-good. Karena enak, kita ingin mengulanginya. Terus dan terus. Tubuh lalu menuntut "dosis" manis yang lebih tinggi untuk mencapai efek bahagia yang sama. Kombinasi antara rasa yang menggugah, perbaikan mood instan, dan siklus dopamin inilah yang membuat sepotong kue kadang terasa mustahil untuk ditolak.
Artikel Terkait
Kejujuran sebagai Fondasi: Menyulut Kemandirian Indonesia dari Karakter Bangsa
Larry Page Melonjak ke Puncak, Daftar Orang Terkaya Dunia 2025 Berguncang
Pelukan Terakhir Ibu dan Anak, Duka yang Menyayat Hati di Tengah Bencana Sumatera
Banjir Sumatera dan Topeng Senyum di Balik Hutan yang Tergerus