Wajar saja kemudian publik menghubungkan dia dengan bencana itu. Bukan dalam arti fisik, tentu. Tapi lebih pada ranah dukungan moral dan wacana. Di tengah kepedihan yang mendalam, suara yang dianggap mendukung "lawan" akan terasa sangat menyakitkan.
Di sisi lain, peran tokoh agama dalam isu lingkungan memang selalu punya bobot tersendiri. Pengaruhnya besar. Ketika dia memilih untuk berada di barisan yang dalam persepsi banyak orang bertentangan dengan korban, konsekuensinya harus diterima. Kemarahan itu adalah resikonya.
Pada akhirnya, ini soal pilihan dan solidaritas. Dan di Sumatera, solidaritas itu sedang ditujukan kepada mereka yang kehilangan.
(Kang Irvan Noviandana)
Artikel Terkait
Blusukan ke Daerah Bencana, Prabowo Janji Sikat Maling di Tengah Duka Pengungsi
Hal-Hal Receh yang Diam-Diam Menjaga Kewarasan Kita
Prabowo dan Dilema Warisan: Antara Kedaulatan dan Utang Politik
KIP Akan Putuskan Nasib Tiga Tanda Tangan di Ijazah Jokowi