Pada Senin (1/12) lalu, Komisi V DPR mengadakan rapat kerja. Mereka duduk bersama perwakilan Basarnas dan BMKG. Agenda utamanya sederhana tapi mendesak: membahas banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Mereka meminta laporan terkini soal situasi di lapangan.
Ketua Komisi V, Lasarus, langsung menyoroti satu hal. Menurutnya, bencana di tiga provinsi itu terasa seperti anomali. Ia menyebut ada laporan tentang curah hujan yang luar biasa tinggi. Pemicunya adalah Siklon Tropis Senyar, badai kuat yang terbentuk di sekitar Selat Malaka.
Lasarus pun menyela paparan Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, dengan pertanyaan yang menggambarkan kekagetan banyak orang.
“Hujan untuk satu bulan hanya tumpah dalam satu hari. Jadi volume hujan satu tahun tumpah dalam satu hari?” tanyanya.
“Satu bulan,” jawab Faisal singkat.
Angkanya memang fantastis: lebih dari 350 milimeter per hari. Di sisi lain, Lasarus mempertanyakan kesiapan teknologi. Apakah peralatan BMKG tidak bisa mendeteksi potensi siklon ini lebih awal?
“Nah, ini kan juga fenomena yang harusnya, apakah teknologi kita, peralatan kita sudah bisa mendeteksi ini, sehingga masyarakat ada kewaspadaan,” ujar Lasarus.
Ia lalu menambahkan, persoalannya jadi makin rumit karena faktor permukiman.
Artikel Terkait
5 Drakor yang Menggali Kisah Nyata: Dari Ring MMA hingga Istana Joseon
Cak Imin Desak Evaluasi Total Kebijakan Lingkungan Usai Bencana Sumatera
Kepala BNPB dan Kengerian yang Baru Nyata Setelah Kaki Menginjak Lumpur
Kapolsek Langkat Berenang Lawan Arus, Evakuasi Warga Pakai Rakit Batang Pisang