“Karena memang menjadi sangat tidak mudah, Pak, ketika sebaran permukiman dan seterusnya tidak memperhatikan daerah-daerah yang rawan longsor, rawan banjir bandang, dan seterusnya,” tuturnya.
Cuaca Sangat Ekstrem
Menanggapi hal itu, Faisal menjelaskan analisis timnya. Pada tanggal 25 hingga 27 November, cuaca di Aceh sudah masuk kategori sangat ekstrem. Dan itulah pangkal masalahnya.
“Nah, ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir,” paparnya.
Faisal kembali menekankan, semua ini dipicu oleh Siklon Tropis Senyar. Namun begitu, BMKG menilai kejadian siklon di wilayah tropis seperti Indonesia sebenarnya tidak lazim.
“Jadi yang memang kata kuncinya adalah siklon tropis ini bukan bencana yang lazim terjadi di daerah tropis, tapi inilah kejadian yang kita hadapi sekarang,” jelas Teuku Faisal.
Rapat itu pun berlanjut, meninggalkan kesan tentang sebuah fenomena cuaca yang luar biasa dan tantangan kesiapan yang nyata di depan mata.
Artikel Terkait
5 Drakor yang Menggali Kisah Nyata: Dari Ring MMA hingga Istana Joseon
Cak Imin Desak Evaluasi Total Kebijakan Lingkungan Usai Bencana Sumatera
Kepala BNPB dan Kengerian yang Baru Nyata Setelah Kaki Menginjak Lumpur
Kapolsek Langkat Berenang Lawan Arus, Evakuasi Warga Pakai Rakit Batang Pisang