Badai Senyar menghantam Asia Tenggara dengan kekuatan yang tak terduga. Lebih dari enam ratus nyawa melayang, menjadikannya bencana alam paling mematikan tahun ini. Indonesia dan Thailand menanggung beban terberat dari amukan siklon tropis ini.
Yang membuat Senyar luar biasa bukan cuma dampaknya. Siklon ini memecah rekor. Lahir di Selat Malaka yang sempit, padahal biasanya siklon butuh lautan luas dan hangat untuk terbentuk. Lokasinya juga anomali: terlalu dekat dengan garis Khatulistiwa. Selama ini, rumus ilmiah menyebut daerah ekuator aman dari badai semacam itu. Nyatanya, Senyar membalikkan asumsi itu.
Semuanya berawal dari sebuah bibit. BMKG mencatat kelahirannya pada 21 November, dengan kode 95B. Saat masih berupa bibit pun, ia sudah mendatangkan malapetaka. Cuaca ekstrem melanda Sumatera utara, selatan Thailand, dan perbatasan Malaysia-Thailand. Banjir besar lebih dulu melanda dua negara tetangga itu sebelum kemudian menghantam Sumatera.
Senyar Artinya Singa
Baru pada pagi hari 26 November, bibit itu resmi dewasa. Ia dinamai ‘Senyar’.
Nama itu datang dari India Meteorological Department, yang berwenang menamai siklon di Samudera Hindia bagian utara.
Menurut sejumlah media India, ‘Senyar’ adalah usulan dari Uni Emirat Arab. Dalam bahasa mereka, kata itu berarti ‘singa’. Nama yang cukup tepat untuk badai yang ganas.
Dan singa itu pun mengamuk. Di Sumatera, banjir bandang dan tanah longsor menerjang Aceh, Sumut, dan Sumbar. Korban jiwa berjatuhan 442 tewas per akhir November, dengan sekitar 400 lainnya masih hilang. Situasinya mirip neraka.
Thailand pun tak kalah parah. Korban tewas di sana mencapai 170 orang. Sementara di Malaysia, setidaknya tiga orang meninggal dunia seperti dilaporkan Reuters.
Artikel Terkait
Sumsel Bernapas Lega di Tengah Banjir Sumatera, Ini Kunci Menurut Gubernur
Koster Tegas Hentikan Lift Kaca di Nusa Penida: Ini Bukan Soal Menghambat Kemajuan
Tim SAR Palembang Bergegas ke Sumbar, Angka Korban Banjir-Longsor Sumatra Tembus 442 Jiwa
Janji Triliunan Relokasi China-Vietnam: Harapan Kosong di Tengah Gelombang PHK?