Dari Uap Tahu di Cileunyi, Program MBG Pacu Omzet 50 Persen

- Rabu, 26 November 2025 | 08:06 WIB
Dari Uap Tahu di Cileunyi, Program MBG Pacu Omzet 50 Persen

Peningkatan ini sejalan dengan tujuan MBG untuk memperkuat ekosistem suplai lokal. Dengan memanfaatkan produsen di sekitar, distribusi jadi lebih efisien dan risiko keterlambatan bisa ditekan.

Saat ini, pabrik Iwa telah menjadi pemasok untuk 4 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Permintaannya pun rutin.

"Satu dapur ada yang satu minggu tiga kali gitu, enggak bareng. Menunya mungkin kan beda-beda, jadi ada yang seminggu tiga kali, ada yang dua kali gitu," jelas Iwa.

"Tiap dapur hitungannya satuan sih, minimal 2.000 sampai 3.000 biji," lanjutnya mengenai volume pesanan. Setiap potong tahu dijual dengan harga Rp 500 hingga Rp 700.

Produksi Naik, Perekonomian pun Ikut Tergerakkan

Dampak dari peningkatan produksi ini terasa di segala lini. Jam operasi pabrik pun harus dimajukan. Jika dulu karyawan mulai bekerja pukul 13.00, kini mereka sudah mulai bergerak sejak pukul 10.00 pagi.

"Jam kerja jadi nambah, dari yang asalnya mulai produksi jam 1 siang, sekarang jam 10 pagi udah mulai produksi," kata Iwa.

Di sisi lain, konsekuensi dari penambahan jam kerja ini justru membawa berkah bagi para pekerja. Penghasilan mereka ikut terdongkrak.

"Anak-anak lumayan meningkat penghasilannya," ujar Iwa.

Setiap karyawan kini bisa membawa pulang honor harian antara Rp 150.000 hingga Rp 200.000.

"Biasanya sehari lumayan lah, bisa Rp 150.000 sampai Rp 200.000, kalau ditotal sebulan bisa di atas UMR," jelasnya.

Program MBG ini rupanya tak hanya sekadar menyediakan makanan bergizi bagi yang membutuhkan. Lebih dari itu, ia telah menciptakan ripple effect positif. Iwa dan karyawannya merasakan langsung manfaatnya sebuah siklus ekonomi yang memutar uang di daerah sendiri, menguatkan usaha lokal, dan pada akhirnya berkontribusi pada ketahanan pangan yang lebih mandiri.


Halaman:

Komentar