Suasana politik kembali memanas. Kali ini, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan PDIP saling berbalas sindiran tajam. Pemicunya adalah pernyataan Ketua Harian PSI, Ahmad Ali, yang dengan sinis menyebut soal "nenek-nenek yang puluhan tahun menjadi ketua partai".
Tak butuh waktu lama, politikus PDIP Guntur Romli langsung membalas. Ia menyeret kembali pernyataan Presiden Joko Widodo yang pernah berhasrat pensiun dan pulang ke kampung halamannya di Solo.
Guntur menegaskan bahwa tidak ada yang memaksa Jokowi untuk mundur. Justru, kata dia, keinginan untuk pensiun itu datang dari Jokowi sendiri.
"Yang bilang mau pulang ke Solo, pensiun, jadi rakyat biasa, momong cucu itu Jokowi sendiri, tidak ada yang nyuruh-nyuruh dia," ujar Guntur.
Namun begitu, realitasnya kini jauh berbeda. Jokowi masih terlihat aktif berkecimpung dalam berbagai manuver politik, yang tentu saja menarik sorotan. Guntur menilai, kritik yang kini diterima Jokowi adalah konsekuensi logis dari sikapnya itu.
"Kalau saat ini dia masih cawe-cawe di politik, kemudian disindir-sindir, itu karena Jokowi menjilat ludahnya sendiri," tegasnya tanpa tedeng aling-aling.
Sindiran "Nenek-Nenek" Dinilai Melecehkan Perempuan
Di sisi lain, Guntur juga menyoroti diksi "nenek-nenek" yang dilontarkan Ahmad Ali. Menurutnya, istilah itu bukan sekadar sindiran biasa, melainkan sebuah bentuk penghinaan terhadap perempuan yang masih aktif dan berkontribusi.
"Sebutan nenek-nenek pada seorang perempuan yang masih kuat secara fisik, psikis, dan pikiran sebenarnya bentuk penghinaan pada perempuan," ujar Guntur.
Artikel Terkait
BRIN Pacu Kolaborasi Riset untuk Jawab Tantangan di Daerah
Ibu Tiri di Bandung Jadi Tersangka, Diduga Aniaya Anak Tirinya Hingga Tewas
Panglima TNI dan Menteri Pertahanan Hadiri Rapat Tertutup Komisi I DPR
Dukungan Publik Melonjak untuk Aturan Pembatasan Game Online Pasca Insiden Sekolah