Gus Yahya Tak Berniat Mundur, Drama PBNU Berlanjut
Semalam saya menunggu-nunggu hasil pertemuan tanfiziyah PBNU di Surabaya sampai akhirnya ketiduran. Pagi ini, setelah menelusuri sejumlah media, kabarnya sudah jelas: Gus Yahya sama sekali tak berniat mundur dari posisi Ketum PBNU.
Drama internal NU ini ternyata masih berlanjut. Rasanya seperti menyaksikan bahtsul masail yang temanya diganti dari "hukum wudhu" menjadi "apakah ketua umum boleh diminta mundur tanpa surat resmi?" Problem kontemporer disajikan dengan gaya klasik khas pesantren.
Menurut sejumlah saksi, Gus Yahya tiba di Hotel Novotel Surabaya dengan ketenangan luar biasa. Layaknya fakih yang baru saja menamatkan bab al-qadha' dalam kitab fikih, wajahnya menunjukkan keyakinan penuh pada posisinya.
Meski Syuriyah sudah memintanya mundur dalam tiga hari, Gus Yahya punya argumennya sendiri. Dengan logika fikih yang jelas, ia berpegang pada amanah Muktamar yang berlaku lima tahun. "Lima tahun itu harus dijalankan," katanya dengan mantap. Bahkan ia menyatakan belum menerima risalah rapat Syuriyah secara resmi, sehingga permintaan mundur itu baginya ibarat syarat fasid - terdengar keras tapi tak memenuhi rukun.
Suasana pertemuan itu sendiri cukup unik. Undangan rapat koordinasi beredar ke seluruh PWNU provinsi, mirip santri-santri dipanggil ke halaqah besar. Tanpa daftar hadir yang diumumkan ke publik, situasinya penuh misteri seperti hukum asal rokok sebelum difatwakan.
Gus Yahya muncul tepat pukul 19.33 WIB. Penjagaan Banser begitu ketat, sampai-sampai rasanya lalat pun harus menunjukkan identitas dulu kalau mau lewat.
Namun begitu, ada yang menarik perhatian. Dua tokoh penting justru absen: Gus Ipul selaku Sekjen PBNU dan Gus Kikin dari PWNU Jatim. Ketidakhadiran mereka membuat suasana makin mirip kajian fikih yang berubah jadi perdebatan panjang.
Dalam tradisi NU, ketidakhadiran seperti ini bisa berarti banyak hal. Mungkin uzur syar'i, mungkin strategi diam, atau gerakan isyarat yang sengaja dibiarkan samar seperti qarinah dalam ushul fikih.
Artikel Terkait
Wastafel Berdarah dan Laporan yang Mengungkap Sisi Kelam Rumah Tangga Mawa
Gubernur Kalbar Suntik Semangat ke Pelaku UMKM di CFD Ahmad Yani
Menteri Arifah Bongkar Makna Baru Anak Telantar: Bukan Hanya Soal Fisik
Gaza Berduka, 24 Nyawa Melayang dalam Serangan Udara Israel