Dialog Sukri & Baron: Nikah Mut‘ah di Tengah Sunyi Rindu
Oleh : Makdang Edi
Baron:
Suk, aku mau tanya sesuatu. Tapi jangan ketawa dulu.
Sukri:
Nah, kalau pembukanya sudah begitu, biasanya pertanyaannya dalam. Coba, Bar, apa yang mengganggu kepalamu?
Baron:
Enam bulan aku di Maluku, Suk. Proyek pengawasan jalan itu makan waktu dan jauh dari rumah. Kau tahu kan… manusia ada batasnya. Kadang sunyi itu seperti makan tubuh. Ada teman-teman yang jatuh ke macam-macam. Kadang aku berpikir… apa Islam benar-benar memberi jalan keluar untuk lelaki yang jauh dari istri lama sekali?
Sukri tersenyum tipis, memandang ke arah air Singkarak yang tenang.
Pertanyaanmu memang bukan soal syahwat, Bar. Ini soal bertahan. Soal menjaga diri di hadapan Tuhan.
Dua Sungai Penafsiran
Sukri:
Dalam Islam, ada dua sungai besar, Bar. Sungai Sunni dan sungai Ja‘fari. Tentang nikah mut‘ah, dua sungai ini tidak bertemu di hilir. Sunni bilang pintunya ditutup Nabi. Ja‘fari bilang pintunya tetap terbuka sebagai jalan darurat.
Baron:
Jalan darurat… maksudmu bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk keadaan terdesak?
Sukri:
Ya. Mut‘ah itu dalam Mažhab Ja‘fari bukan pesta nafsu. Ia akad, mahar, tanggung jawab, batas waktu. Ia nikah—bukan pelampiasan.
Suara Tengah dari Yusuf Qaradawi
Baron:
Tapi kau kan Sunni, Suk. Lalu bagaimana orang Sunni melihat ini?
Sukri:
Ulama seperti Yusuf al-Qaradawi, meski tidak menghalalkan mut‘ah, ia melihat manusia apa adanya—dengan rapuh, lelah, dan penuh pergulatan. Ia bilang: dalam kondisi darurat yang sangat ekstrem, seseorang bisa mempertimbangkan penafsiran Ja‘fari demi menyelamatkan diri dari zina.
Bukan untuk memudahkan nafsu, tapi menjaga kehormatan.
Baron:
Seperti seseorang yang hampir jatuh… lalu diberi pegangan lain?
Sukri:
Begitu. Fiqh itu jembatan, Bar. Bukan jerat.
Dari Kaca HAM
Angin melewati meja mereka, menggoyang gelas kopi yang mulai mendingin.
Baron:
Kalau dilihat dari HAM, bagaimana Suk?
Artikel Terkait
Harmonisasi Dua Raperwali Singkawang Dirapikan, Perkuat Struktur Organisasi Daerah
Vonisme Mati untuk Mantan PM Bangladesh: Babak Baru Krisis Politik Berdarah
Pemkab Turun Langsung Usai Warga Sakit Harus Ditandu 300 Meter
Walkout 4 Tokoh Warnai Audiensi Reformasi Polri