PM Jepang Hanya Tidur 2-4 Jam Sehari: Dampak Mengerikan & Kontroversi Budaya Kerja

- Jumat, 14 November 2025 | 15:36 WIB
PM Jepang Hanya Tidur 2-4 Jam Sehari: Dampak Mengerikan & Kontroversi Budaya Kerja

Kebijakan Jam Kerja dan Keseimbangan Hidup

Pemerintahan Takaichi saat ini membahas kemungkinan penyesuaian batas jam lembur. Meski demikian, Takaichi menegaskan bahwa setiap perubahan akan memprioritaskan kesehatan pekerja. "Jika kita menciptakan situasi di mana orang-orang dapat menyeimbangkan tanggung jawab pengasuhan anak dan lansia dengan baik, serta dapat bekerja, menikmati waktu luang dan bersantai, itu akan ideal," katanya.

Kekhawatiran Rekan dan Oposisi

Sejak terpilih sebagai perdana menteri, Takaichi berkomitmen mengabaikan work-life balance demi bekerja terus-menerus. Bahkan, dia mendorong rekan-rekan di Partai Demokrat Liberal untuk bekerja seperti kuda. Mantan menteri ekonomi Ken Saito mengungkapkan kekhawatiran mendalam terhadap kesehatan Takaichi, sementara politisi oposisi Katsuhito Nakajima memintanya untuk tidur lebih banyak.

Kultur Tidur Masyarakat Jepang

Takaichi bukan satu-satunya orang Jepang dengan waktu tidur terbatas. Studi terbaru menunjukkan rata-rata orang Jepang hanya tidur 7 jam 1 menit pada hari kerja, 38 menit lebih rendah dari rata-rata internasional dan lebih sedikit dibandingkan negara-negara Barat lainnya.

Jadwal Padat Perdana Menteri

Sejak dilantik akhir Oktober, Takaichi memang tidak memiliki banyak waktu untuk beristirahat. Beberapa hari setelah pelantikan, dia langsung menghadiri KTT ASEAN di Malaysia, menyambut kunjungan Presiden AS Donald Trump, menghadiri KTT APEC di Korea Selatan, dan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.


Halaman:

Komentar