Untuk diketahui, konflik di jalur Gaza kembali meletus dengan tensi yang sangat tinggi dalam satu dekade terakhir sejak terjadinya serangan tak terduga oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.
Serangan Hamas tersebut membuat IDF melakukan aksi "balas dendam" yang justru menewaskan warga sipil Palestina.
Laporan terkini TASS News Agency menyebut, tercatat sekira 22.700 orang warga sipil Palestina meninggal dunia akibat serangan tentara Zionis Israel sepanjang 7 Oktober 2023 hingga 7 Januari 2024.
Gerakan boikot terhadap produk "pro Israel" pun menggema, yang disinyalir bahkan menyebabkan NATO mengalami defisit anggaran pertahanan untuk membantu IDF.
Dampak dari aksi boikot pun tak main-main, termasuk hancurnya pangkalan militer Israel di Meron oleh serangan roket Hizbullah.
Padahal, pangkalan tersebut memiliki fungsi yang sangat vital sebagai pusat pemantauan dan pengelolaan wilayah udara di Lebanon, Suriah, Turki, Siprus, dan sebagian Laut Mediterania.
Kehancuran pangkalan ini pula merugikan Israel karena menghambat ruang gerak mereka untuk menjalankan operasi militer di Lebanon dan Suriah.
Selain sebagai pusat pemantauan dan pengelolaan wilayah udara, pangkalan militer Israel di Meron juga berfungsi sebagai pusat penting bagi kemampuan peperangan elektronik Israel melawan negara-negara tetangga.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: zonajakarta.com
Artikel Terkait
Trump Siap Tawarkan Jet F-35 dalam Pertemuan Bersejarah dengan Putra Mahkota Saudi
MBS Terima Surat Rahasia Iran Sebelum Bertemu Trump: Apa Isi dan Maksudnya?
Ancaman Operasi Militer AS ke Venezuela: Maduro Peringatkan Gaza Baru di Amerika Selatan
Pemain Sepak Bola Israel Ditangkap Diduga Rudapaksa Turis AS, Netizen Geram!