Keputusan Biden ini membuat para pembela hak asasi manusia dan analis politik membunyikan alarm atas dampak negatif dari kebijakan Gedung Putih terhadap warga sipil Yaman.
“Saya sangat prihatin dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi orang-orang biasa di Yaman,” kata Afrah Nasser, seorang peneliti non residen di Arab Center Washington DC yang sebelumnya bekerja sebagai peneliti Yaman di HRW (Human Rights Watch).
Nasser mengatakan kepada Al jazeera bahwa penetapan tersebut berisiko memperdalam krisis kemanusiaan di Yaman, yang telah mengalami perang selama bertahun-tahun antara Houthi dan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Menurut PBB, lebih dari separuh penduduk Yaman, 18,2 juta orang, membutuhkan bantuan karena negara ini sedang dilanda krisis ekonomi, kenaikan harga, pengungsian massal, dan kelaparan.
“Keluarga biasa Yaman hari ini menderita kebijakan domestik Houthi dan juga kebijakan komunitas internasional di Yaman, seperti penunjukkan AS yang kita dengar hari ini,” kata Nasser.
“Warga Yaman terjebak di antara dua api.” ***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bicaraberita.com
Artikel Terkait
Bomber AS Dekati Venezuela, Intelijen CIA Prediksi Jatuhnya Maduro?
Menteri AI Albania Hamil dan Akan Lahirkan 83 Anak: Ini Fakta di Balik Kontroversi
Malaysia Salah Sebut Nama Presiden Prabowo di KTT ASEAN 2025, Ini Respons Resminya
Pakistan Ultimatum Perang ke Afghanistan: Gagal Damai Istanbul, Apa Dampaknya bagi Asia?