I didn't come here to make friends We were born to be suburban legends When you hold me, it holds me together And you kiss me in a way that's gonna screw me up forever
Lalu ada bayangan tentang reuni sekolah, fantasi yang mungkin pernah hinggap di banyak kepala. Bayangkan saja: datang bersama, membuat semua orang terkejut.
I had the fantasy that maybe our mismatched star signs Would surprise the whole school When I ended up back at our class reunion Walking in with you
Namun begitu, realitanya pahit. Kenangan itu akhirnya hanya jadi bab yang robek dari buku harian. Meski di gymnasium tahun 1950-an itu, bayangannya masih jelas terlihat.
Bagian bridge lagu ini mungkin yang paling menusuk. Ritme "tick-tock" yang berulang menggambarkan kecemasan dan penantian yang sia-sia.
Tick-tock on the clock, I pace down your block I broke my own heart 'cause you were too polite to do it Waves crash on the shore, I dash to the door You don't knock anymore, and my whole life's ruined
Pengulangan di akhir dengan perubahan kecil "I always knew it" memberi kesan penerimaan yang getir. Ya, dari dulu sebenarnya dia sudah tahu bagaimana ini akan berakhir. Dan hidupnya memang sudah hancur karenanya.
Secara keseluruhan, Suburban Legends adalah potret sempurna tentang bagaimana cinta pertama atau hubungan yang intens bisa terasa seperti pusat alam semesta kecil sendiri. Ia menciptakan mitologi pribadi yang, meski sudah usai, ceritanya terus diceritakan ulang di dalam kepala.
Artikel Terkait
Hotman Paris Soroti Etika Sidang Nikita Mirzani, Bukan Peluang Kasasi
Narkoba di Balik Pintu Sel: Kronologi Penemuan Sabu di Kamar Ammar Zoni
Kristo Immanuel Hidupkan Suara Garuda di Film Animasi Mendatang
Arman Cabut Gugatan Cerai, Della Puspita dan Luka Harga Diri