"Siapa yang mau pendaringan, pemasukan utama kita. Gue beneran menggantungkan dari Naif main job gue," tuturnya blak-blakan.
Yang bikin dia lebih sedih, nggak ada tanda-tanda sebelumnya. Jadwal mereka masih sangat padat. Bayu merasa Naif akan bertahan lama.
"Nggak ada arah mau bubar. Jadwal masih gila. Gue juga nggak masuk akal. Gue sendiri nggak nyangka, nggak ada dalam terbesit sama sekali ah ini nggak bakal bubarlah, aman long term," katanya.
Meski keputusan sudah diambil, proses menerima kenyataan ternyata makan waktu lama buat Bayu. Bahkan, perasaan kehilangan itu masih suka datang menghantui.
"Lumayan lama, sampai beberapa bulan terakhir masih suka datang mimpi buruk, karena ketidakterimaan nih orang, gue nggak menyalahkan, gue sudah terima jalannya begini," ucap David.
Ia lalu mencoba menganalogikan dengan sebuah fondasi keluarga. "Cuma kalau nyari-nyari tahu gue suka menganalogi gini kita kan keluarga berempat itu fondasi dalam keluarga trust, kan. Kalau trust-nya kuat mau dari luar ngapain juga, nggak ini ya, kuat saja, nggak goyang."
"Tapi dari outside ini akhirnya yang menggoyang kita semua. Dari yang 25 tahun ini kok bisa retak juga nih gara-gara apa ya, berarti fondasi dasar kita juga sudah tidak solid juga. Ini point of view gue ya," lanjutnya, merenung.
Dari pengakuan jujurnya itu, terlihat jelas bubarnya Naif bukan cuma soal pandemi atau uang. Lebih dalam dari itu, ini soal kepercayaan yang ternyata sudah retak di antara mereka. Sebuah akhir yang pahit untuk sebuah band legendaris yang pernah menjadi suara bagi banyak generasi.
Artikel Terkait
Virgoun Meradang, Dosa Lama Diungkit Lagi dalam Kasus Inara Rusli
Shandy Aulia Kunci Komentar Instagram, Respons Isu Keterkaitan dengan Pejabat?
Golden dari KPop Demon Hunters Masuk Daftar Pendek Oscar, Persaingan Ketat dengan Lagu Miley Cyrus dan Wicked
Kevin Julio Buka Suara: Jessica Mila Terpaksa Tidur di Hutan Saat Syuting GGS