Namun begitu, respons dari pihak berwenang dinilai masih terlalu lamban. Ada kesan bahwa situasi darurat ini belum sepenuhnya mendapat perhatian yang mendesak. Padahal, kebutuhan pokok seperti air bersih, pangan, dan tempat tinggal sementara sudah sangat kritis. Menurut sejumlah saksi, bantuan yang datang masih bersifat seadanya dan belum menyentuh semua titik terdampak.
Di sisi lain, kondisi lapangan memang cukup rumit. Akses menuju beberapa lokasi terputus, memperlambat distribusi logistik. Tapi alasan itu tak cukup menenangkan hati warga yang setiap harinya harus berjibaku dengan kondisi yang tak layak. Mereka bertahan dengan apa yang ada, sambil terus memandang jalan, berharap ada konvoi bantuan yang datang.
Nuansa keputusasaan mulai terasa. Semangat gotong royong antarwarga memang masih menyala, tapi itu saja tidak cukup. Mereka butuh dukungan nyata dan cepat dari pemerintah, sebelum masalah kesehatan dan kelaparan muncul menjadi bencana kedua. Waktu terus berjalan, dan kesabaran mereka punya batas.
Intinya, jeritan warga Tapanuli Tengah ini sederhana: mereka ingin pemerintah segera turun tangan, bukan sekadar wacana. Dua minggu adalah waktu yang terlalu lama untuk menunggu di tengah puing dan lumpur.
Artikel Terkait
5 Adegan Dynamite Kiss yang Bikin Jantung Penonton Berdebar Kencang
Dian Sastro Galang Dana Sanitasi Darurat, Capai Rp239 Juta untuk Korban Sumatra
Park Na Rae Dituding Lakukan Perawatan Ilegal, Siapa Sebenarnya Jusa-Imo?
Mobil Tesla dan Mayat Mutilasi: d4vd Terseret dalam Misteri Pembunuhan