Di sisi lain, mereka punya satu hobi yang menyatukan: otomotif. Ini yang bikin hubungan mereka makin erat. Mereka sering ngobrol, bikin rencana-rencana kecil yang sayangnya sekarang cuma jadi angan.
"Kita tuh punya janji, atau omongan lah, 'Kita riding yuk berdua, ya seputaran keliling Jawa Barat ajalah, berdua'," cerita Ferry Maryadi.
Kerinduan itu nyata. Terutama saat Ferry menceritakan momen-momen receh yang dulu biasa saja, sekarang jadi sesuatu yang sangat dirindukan.
"Kangen sih masa-masa itu, masa-masa berdua sama Gary bercanda-bercandaan. Biasanya kalau kita udah berdua, yang lain suka bilang 'Gary-Ferry, Gary-Ferry' gitu. Kangenlah sama Gary," akunya dengan suara lirih.
Lalu, apa yang ingin Ferry sampaikan seandainya bisa bertemu Gary sekali lagi? Dia terdiam cukup lama. Pikirannya melayang.
"Mungkin nggak bisa ngomong ya, cuma pengen peluk aja. Kedengarannya aneh, laki-laki sama laki-laki punya hubungan yang susah dijelaskan dengan kata-kata, tapi saya sama Gary begitu," ungkapnya.
Di akhir percakapan, Ferry merenung. Renungan tentang hidup dan kepergian yang datang tiba-tiba.
"Buat saya, maut itu tidak harus sakit, apalagi tua. Kapan pun kita harus siap kembali ke Allah. Seperti di bandara, kita lagi duduk, nunggu pesawat, tiba-tiba ada panggilan. Mau nggak mau kalau udah dipanggil kita nggak mungkin nolak," pungkasnya. Kata-kata terakhir yang menghentak, sekaligus mengingatkan kita semua.
Artikel Terkait
Nyaris Tewas Didorong ke Rel, Pelaku Wanita Ternyata ODGJ
Banjir Sumatera dan Rindu pada Sentuhan Doni Monardo
Mediasi Gagal, Nikita Mirzani dan Reza Gladys Siap Tempur di Pengadilan
Galang Dana Kilat Ferry Irwandi untuk Korban Banjir Sumatra Tembus Rp10 Miliar