Lihat aja gaun panjang dari lurex yang glamor ala 70-an. Atau rok mini fuchsia potongan asimetris yang dipadu jaket santai. Tunik pendek berkilauan dengan detail rumit. Lalu ada gaun jubah hitam bergaya gothic, lengkap dengan rantai logam dan bawahan terbelah, ditambah rok origami putih di dalamnya. Bikin mikir, ini buat rahib, penjaga istana, atau cewek kekinian?
Siluet teater kuno itu juga merambah ke karya kulit. Garis arsitektur dan sentuhan metalik terasa di tas, sepatu, dan aksesori. Seolah-olah peninggalan masa lalu dibayangkan ulang.
Detailnya sampai ke alas kaki. Boots-bootsnya dihiasi pecahan cermin, ada yang terbuka di jari kaki. Tas Alma yang ikonik dihias motif-motif yang biasa menghiasi kastil tua. Monogram LV muncul di tas bentuk peti harta karun. Lalu tiba-tiba, ada topi anyaman rotan sederhana yang mengingatkan pada keranjang.
Kemegahan istana itu dapat kontras yang menarik. Empat keranjang kayu karya seniman Thomas Roger hadir di tengah pameran. Barang artisanal yang terkesan spontan dan membumi dari kayu, kanvas, dan tali kulit.
Dan di situlah, mungkin, Ghesquière kasih benturan terakhirnya. Sebuah sentuhan realita di tengah fantasi yang ia ciptakan.
Penulis: Rifina Marie
Artikel Terkait
Marcell Darwin Tantang Citra Diri lewat Peran Suami Selingkuh di Film Religi
Di Tengah Gugatan Cerai, Atalia Fokus Kirim Bantuan untuk Korban Banjir Aceh
Séance Adrian Gan: Ketika Kain Ratusan Tahun dan Imaji Surealis Bertemu di Atas Panggung
Profira Clinic Hadirkan Terapi Oksigen Hyperbaric, Jawab Minat Masyarakat yang Kian Melonjak