Hal serupa terjadi di Somalia. Negara ini secara resmi melarang perayaan Natal karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam yang dianut hampir seluruh warganya. Jadi, jangan cari suasana Natal di Mogadishu; Anda tak akan menemukannya.
Libya juga punya pendirian kuat. Natal bukan hari libur, dan penjualan ornamen atau hadiah terkait Natal itu dilarang. Aturan ini tetap berlaku meski ada minoritas Kristen yang kecil jumlahnya.
Kemudian Yaman. Dengan populasi Muslim lebih dari 99%, budaya Natal nyaris tak punya tempat di sini. Kehidupan sehari-hari di negara ini sangat kental dengan tradisi Islam, sehingga perayaan Natal hampir tak terlihat sama sekali.
Yang paling ekstrem mungkin Korea Utara. Di bawah rezim Kim Jong Un, memiliki agama saja sudah berbahaya, apalagi merayakan hari raya Kristen.
Menurut Timothy Cho, seorang pembelot Korea Utara, risiko merayakan Natal di sana sangat mengerikan.
Jadi, sementara dunia merayakan, tanggal 24 Desember di Korea Utara justru dimanfaatkan untuk memperingati hari lahir Kim Jong Suk nenek dari pemimpin mereka. Sungguh sebuah kontras yang tajam.
Artikel Terkait
Gusti Bendara: Menjembatani Tradisi Keraton dan Tuntutan Zaman di Ujung Jari
Waspadai Cek Palsu: Begini Cara Membedakannya dengan Mudah
Kekayaan Rp12,85 Miliar Bupati yang Terjaring OTT KPK
MONDIAL Luncurkan Koleksi Berlian untuk Malam Tahun Baru yang Tak Terlupakan