Tapi kemudian, Divan memutuskan untuk kembali. Ia ingin mengambil perlengkapan khusus ayahnya yang sedang sakit stroke. Sayangnya, longsor susulan datang tak terduga, lebih besar dari yang pertama, dan menimbunnya hidup-hidup bersama reruntuhan rumah mereka.
Menurut sejumlah saksi, ada kata-kata terakhir yang sempat diucapkan Divan sebelum ia berlari kembali ke arah bahaya.
Ucapan itu kini menjadi kenangan terakhir yang paling menyakitkan bagi orangtuanya.
Masih Banyak yang Hilang, dan Banyak Pula yang Menunggu
Hingga saat ini, ratusan warga di tiga provinsi itu masih tercatat hilang. Akses ke beberapa daerah terpencil pun masih terputus, membuat bantuan sulit masuk. Padahal, waktu terus berjalan.
Setiap nama dalam daftar korban mewakili sebuah kehidupan utuh impian, tawa, dan rencana masa depan yang tiba-tiba terpotong. Cerita mereka mungkin tak semua terdengar, tapi itu tidak membuat penderitaannya berkurang sedikitpun.
Kita semua berharap situasi segera membaik. Bantuan harus sampai ke pelosok terdampak, dan pemulihan bisa segera dimulai. Agar tak ada lagi keluarga yang harus menunggu dalam kecemasan tanpa kepastian.
Di tengah duka yang begitu luas, semoga harapan tetap menemukan jalannya untuk tumbuh.
Artikel Terkait
Inspirasi Hampers Natal 2025 untuk Calon Mertua, Ramah Kantong dan Penuh Makna
9 Produk Kecantikan Terbaru November 2025: Formula Lembut untuk Kulit Sensitif
Dua Tahun Gaza: Perempuan Menjadi Penjaga Kehidupan di Tengah Reruntuhan
Natal di Kota Orang: Lima Kiat Menemukan Kehangatan Saat Jauh dari Keluarga