Tradisi Tahlilan: Ritual Duka yang Mengakar dan Kontroversi di Tanah Air

- Rabu, 19 November 2025 | 05:45 WIB
Tradisi Tahlilan: Ritual Duka yang Mengakar dan Kontroversi di Tanah Air

JAKARTA - Tradisi tahlilan menjadi salah satu ritual keagamaan yang mengakar kuat dalam masyarakat Muslim Indonesia. Acara yang digelar sebagai bentuk belasungkawa ini bertujuan mendoakan arwah orang yang telah meninggal dunia.

Secara etimologis, istilah "tahlilan" berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja "hallala" yang berarti mengucapkan kalimat tauhid "Laa ilaha illallah". Tradisi ini kemudian berkembang dan mengalami adaptasi linguistik di Indonesia dengan penambahan akhiran "-an", sehingga menjadi "tahlilan" seperti yang dikenal masyarakat saat ini.

Mayoritas ulama mazhab Syafii, Hanafi, Hambali, dan kalangan mutaakhirin Malikiyah menilai praktik tahlilan sebagai bidah idhofiyah, meskipun dalam praktiknya diperbolehkan. Perbedaan pendapat ini tidak menghentikan tradisi tersebut untuk terus berlangsung turun-temurun.

Berikut contoh teks pranatacara tahlilan yang dapat digunakan sebagai panduan:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, wasshalatu wassalamu 'ala asyrafil anbiya wal mursalin, sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa sahbihi ajma'in.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala atas rahmat dan karunia-Nya yang mempertemukan kita dalam acara tahlilan untuk mendoakan almarhum/almarhumah (sebutkan nama). Semoga segala dosanya diampuni, amal ibadahnya diterima, dan ditempatkan di sisi-Nya yang terbaik. Aamiin ya rabbal 'alamin.


Halaman:

Komentar