Ketegangan geopolitik terus menyulitkan operasional perusahaan energi. Kilang Volgograd milik Lukoil di Rusia terpaksa menghentikan aktivitasnya setelah diserang drone. Lebih lanjut, Lukoil juga menyatakan force majeure di ladang minyak raksasa West Qurna-2 di Irak, yang disebabkan oleh kesulitan operasional akibat sanksi Barat. Tekanan pada perusahaan ini kian meningkat menjelang batas waktu penghentian hubungan bisnis global pada 21 November.
Tekanan dari Sisi Pasokan Minyak Mentah
Di sisi lain, pasar minyak mentah justru menghadapi tekanan surplus. Volume minyak mentah yang disimpan di kapal-kapal di wilayah Asia dilaporkan melonjak dua kali lipat dalam beberapa pekan terakhir. Sanksi Barat yang memperketat impor minyak ke China dan India turut berkontribusi pada penumpukan stok ini, diikuti oleh peningkatan persediaan minyak di daratan AS.
OPEC telah menyepakati kenaikan produksi secara terbatas pada Desember dan akan menahan kenaikan lebih lanjut pada kuartal pertama tahun depan. Meski demikian, langkah ini dinilai belum cukup kuat untuk menopang harga di tengah proyeksi produksi AS yang mencapai rekor dan output OPEC yang meningkat.
Prospek dan Sentimen Pasar
Pasar minyak saat ini terjebak dalam persimpangan antara melimpahnya pasokan minyak mentah dan ketatnya pasokan produk olahan. Meski ada potensi penurunan pasokan dari Rusia dan pembekuan kuota OPEC , analis memproyeksikan pasar minyak global tetap akan berada dalam kondisi surplus kecil, bukan defisit yang dapat mendorong kenaikan harga lebih lanjut.
Sentimen investor ikut mendukung dengan adanya kemajuan menuju berakhirnya penutupan pemerintahan AS, yang meningkatkan minat terhadap aset berisiko, termasuk minyak. Langkah awal Senat AS untuk membuka kembali pemerintahan telah memberikan suntikan optimisme dan dukungan tambahan bagi pasar komoditas energi.
Artikel Terkait
Banjir Impor Ancam 6 Sektor Industri: Kemenperin Soroti Textil, Alas Kaki, dan Baja
Redenominasi Rupiah 2025-2029: Jadwal, Contoh, dan Dampaknya
Redenominasi Rupiah 2025-2029: Dampak ke Investasi Menurut COO BPI
Proyeksi Kinerja Ritel Indonesia Menguat 4,3% di Oktober 2025, Ini Pemicunya