Mengapa Harga Udang yang Naik Justru Bisa Bikin Petambak Bangkrut?

- Sabtu, 25 Oktober 2025 | 22:06 WIB
Mengapa Harga Udang yang Naik Justru Bisa Bikin Petambak Bangkrut?

SDM tambak berperan sebagai sensor dini dalam sistem produksi. Ketika tenaga kerja cukup dan terlatih, tanda-tanda awal penyakit dapat terdeteksi dan ditangani sebelum meluas. Penelitian menunjukkan pelatihan biosekuriti dan pengawasan ketat oleh SDM lapangan dapat mengurangi risiko infeksi WSSV hingga 60% dan menurunkan prevalensi EHP sebesar 35% dalam satu siklus produksi.

Strategi Manajemen Adaptif untuk Budidaya Udang

Untuk memutus siklus harga-penyakit, diperlukan pendekatan manajemen adaptif yang meliputi:

  • Penyesuaian padat tebar dengan kapasitas sistem, bukan hanya target harga
  • Penguatan pelatihan dan rotasi SDM lapangan
  • Penerapan strategi panen parsial untuk menjaga arus kas
  • Pemantauan kualitas air secara konsisten

Dukungan Kelembagaan untuk Petambak

Petambak membutuhkan dukungan pemerintah dan asosiasi melalui kebijakan mitigasi seperti sistem peringatan dini wabah, standar keamanan pangan terpadu, asuransi risiko produksi, dan diplomasi perdagangan. Pengalaman dari negara produsen utama seperti Ekuador dan Thailand menunjukkan efektivitas koordinasi harga minimum dan jadwal panen bersama dalam menjaga stabilitas pasar.

Biosekuriti sebagai Investasi Jangka Panjang

Meskipun harga udang dunia terus berfluktuasi, biosekuriti dan kapasitas SDM harus tetap konsisten. Penyakit seperti EHP dan vibriosis hanya bisa dikendalikan dengan disiplin manajemen yang berkelanjutan. Investasi dalam pelatihan biosekuriti terbukti meningkatkan tingkat kelangsungan hidup udang hingga 20%, menjadikannya aset strategis bukan beban biaya.

Dengan strategi adaptif, investasi SDM, dan dukungan kelembagaan yang tepat, industri udang Indonesia dapat meningkatkan daya saing global dan keluar dari siklus harga-penyakit yang selama ini menggerogoti produktivitas.


Halaman:

Komentar