Namun begitu, ceritanya jadi lain kalau kita lihat dari sisi wisatawan lokal. Kunjungan domestik disebut turun sekitar 10 persen dari target 10 juta orang. Penyebabnya beragam.
Masyarakat Indonesia sekarang banyak yang memilih liburan ke luar negeri. Thailand, Malaysia, atau Singapura jadi tujuan favorit. Bahkan sampai ke Jepang dan Korea Selatan.
“Karena harga tiket pesawatnya, kalau ke Bali tiketnya harus promo,” tutur Rai, menyentil soal harga tiket domestik yang kerap dianggap kurang bersaing.
Faktor ekonomi juga berperan. Bagi sebagian masyarakat, lebih memilih menikmati liburan di kota sendiri untuk menghindari pengeluaran besar. Ditambah lagi, ketidakpastian ekonomi global ikut memengaruhi suasana.
Data dari PHRI Bali sendiri memproyeksikan total kunjungan wisatawan sepanjang 2025 akan mencapai 15,99 juta orang. Angka ini turun 2,8% dibanding tahun sebelumnya. Untuk periode 1-23 Desember 2025, data sementara mencatat 839 ribu kunjungan turun signifikan dari periode sama tahun 2024.
Meski data menunjukkan penurunan, nuansa di lapangan menurut para pengusaha tak serta-merta menggambarkan kesepian. Tren positif dari turis asing memberi angin segar. Jadi, gambaran tentang Bali yang sepi di momen Nataru mungkin perlu dikoreksi.
Artikel Terkait
Bea Keluar Batu Bara 2026: Antara Tambahan Rp 20 Triliun dan Ancaman Manipulasi Data
Perbankan Cetak Rekor, Sumbang Dividen Rp 80,3 Triliun di 2025
Indika Energy Bentuk Anak Usaha Baru untuk Diversifikasi Bisnis
PHE Jambi Merang Serahkan 10% Partisipasi ke BUMD Sumsel, Ekonomi Daerah Diharapkan Tergeliat