Di ruang rapat Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan target ambisius. Menjelang panen raya 2026, pemerintah menargetkan penyerapan beras petani mencapai 2 hingga 2,5 juta ton. Target ini bukan sekadar angka. Ia merupakan bagian dari strategi memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) sekaligus menjaga harga gabah agar petani tetap untung.
“Di panen raya nanti, minimal kita serap 2 juta ton,” tegas Amran, usai mengikuti Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Selasa lalu.
“Kalau bisa sampai 2,5 juta ton,” tambahnya.
Target tersebut bukannya tanpa dasar. Menurut Amran, proyeksi produksi beras nasional pada 2026 memang diprediksi meningkat. Di sisi lain, pemerintah sendiri sudah punya rencana untuk menaikkan Cadangan Beras Pemerintah dari 3 juta ton menjadi 4 juta ton. Jadi, serapan besar-besaran ini sejalan dengan upaya penguatan lumbung pangan nasional.
Lalu, siapa yang akan menjadi pelaksananya? Perum Bulog, sekali lagi, ditunjuk sebagai ujung tombak. Peran strategisnya dalam menstabilkan harga dianggap krusial.
“Bulog yang pegang stoknya,” jelas Amran.
“Ini sama seperti beras, minyak goreng, dan pangan lainnya. Negara hadir sebagai stabilisator,” imbuhnya.
Artikel Terkait
Bali Justru Ramai Turis Asing, Meski Kunjungan Domestik Menyusut
IHSG Tutup Tahun 2025 dengan Catatan Merah, Sejumlah Sektor Bertahan Hijau
Harga Emas Antam Anjlok Rp95 Ribu per Gram di Akhir Tahun
Senandung di Tengah Reruntuhan: BRI Pulihkan Senyum Anak Korban Banjir Bandang Sumatra