Sepanjang 2025, pasar saham kita benar-benar menunjukkan wajah yang berbeda. Rotasi sektor berlangsung tajam. Sektor-sektor yang dianggap 'panas' dan berbasis komoditas jadi bintang panggung, sementara saham-saham defensif yang biasanya aman justru tertinggal di belakang. Pergerakannya dinamis sekali.
Hingga pertengahan Desember, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri tercatat melonjak 21,61 persen, menguat ke level 8.609,55. Ini bukan perjalanan yang mulus. Awal tahun sempat suram, dengan tekanan berat terjadi antara Februari hingga April. Saat itu, isu perang dagang AS dan aksi jual investor asing sempat membuat pasar limbung.
Namun begitu, pasar berhasil bangkit. Bahkan, IHSG berkali-kali menembus rekor tertinggi baru sepanjang masa. Awalnya, penguatan ditopang saham-saham raksasa milik konglomerat. Lalu, giliran saham blue chip yang sebelumnya tertekan ikut pulih, menambah daya dorong indeks.
Nah, kalau bicara pemenang, sektor teknologi tak ada tandingannya. Kenaikannya fantastis, mencapai 151,66 persen sepanjang tahun. Minat investor membanjir ke saham-saham ini, didorong ekspektasi laba cerah dan ekspansi bisnis digital yang masif. Sentimen global juga turut mendorong.
Reli sektor ini ditopang oleh beberapa saham yang kinerjanya bak roket. Sebut saja PGJO yang melesat 958 persen ke Rp1.005. Lalu ada WIFI, naik 688 persen ke Rp3.230. DCII juga tak kalah, menguat 460 persen ke level Rp235.575 per saham. Aksi korporasi dan spekulasi jadi bumbu penyedapnya.
Di posisi runner-up, sektor perindustrian mencetak kenaikan solid 98,01 persen. Beberapa emiten jadi penyumbang utama. IMPC meroket 881 persen, diikuti FOLK yang naik 880 persen, dan INTA yang menguat 858,33 persen. Angka-angka yang sulit diabaikan.
Artikel Terkait
Adaro Tembus 52 Juta Ton Penjualan Batu Bara di Tengah Tekanan Pasar
Emas Tembus Rekor, Saham Tambang di BEI Ikut Melonjak
Indonesia-AS Sepakat, Prabowo dan Trump Bakal Teken Perjanjian Dagang Januari 2026
Perjanjian Dagang Indonesia-AS Ditargetkan Tuntas Pertengahan Januari 2026