“Ke depan, Perseroan berupaya menurunkannya menjadi maksimal 60 hari. Langkah ini dinilai penting karena umur piutang berpengaruh langsung terhadap penggunaan modal kerja,” jelas manajemen.
Logikanya sederhana. Dengan piutang yang lebih cepat tertagih, ketergantungan pada pinjaman bank untuk modal kerja bisa ditekan. Alhasil, beban bunga pun berkurang dan akhirnya mendongkrak profitabilitas perusahaan. Efek berantainya cukup jelas.
Lantas, bagaimana dengan rencana ekspansi? Untuk tahun 2026, perusahaan menyatakan belum ada rencana untuk menambah kapasitas atau aksi korporasi besar lainnya. Namun begitu, mereka tak tinggal diam. Pengembangan akan difokuskan pada peluncuran beberapa produk baru, yang diharapkan bisa menjadi motor pertumbuhan di tahun mendatang.
Di sisi lain, soal belanja modal atau Capex, angka yang digelontorkan sejak IPO tahun 2022 terhitung besar. Hampir mencapai Rp400 miliar.
“Sumber pendanaan Capex tersebut berasal dari hasil IPO sebesar Rp300 miliar, sedangkan sisanya menggunakan dana internal Perseroan. Seluruh belanja modal tersebut dialokasikan untuk pembangunan tambahan gudang (warehouse), pembelian mesin-mesin beserta perlengkapannya, serta pembangunan Silo baru,” tegas perusahaan.
Investasi besar-besaran itu rupanya menjadi fondasi yang kini mulai terlihat hasilnya. Menjelang tutup tahun 2025, TRGU tampaknya sedang memetik buah dari strategi yang telah dijalankan bertahun-tahun sebelumnya.
Artikel Terkait
Saham TUGU Merangkak 18%, Analis Soroti Potensi Re-rating di Tengah Valuasi Murah
Ekonomi Indonesia Diproyeksi Melaju di 2026, Saat Dunia Justru Melambat
Rupiah Bertahan Tangguh di Tengah Gejolak Global, Didukung Arus Modal Asing
BRI Siap Cairkan Dividen Interim Rp137 per Saham Awal 2026